Sekolah Dasar

Kamis, 11 September 2014

Hakikat dan Tanggung Jawab Manusia Sebagai Makhluk Tuhan



1.      Hakikat Manusia sebagai Makhluk Tuhan
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, hak, dan kewajibannya.
1)      Kodrat manusia
Kodrat manusia adalah keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan atau bakat­bakat alami yang melekat pada manusia, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ditinjau dan kodratnya, kedudukan manusia secara pribadi antara lain sesuai dengan sifat-sifat aslinya, kemampuannya, dan bakat-bakat alami yang melekat padanya.
2)      Harkat manusia
Harkat manusia artinya derajat manusia. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
3)      Martabat manusia
Martabat manusia artinya harga diri manusia. Martabat manusia adalah kedudukan manusia yang terhormat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berakal budi sehingga manusia mendapat tempat yang tinggi dibanding makhluk yang lain. Ditinjau dan martabatnya, kedudukan manusia itu lebih tinggi dan lebih terhormat dibandingkan dengan makhluk­ lainnya.
4)      Hak asasi manusia
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimihiki oleh setiap manusia sebagai anugerah dan Tuhan Yang Maha Esa, seperti hak hidup, hak milik, dan hak kebebasan atau kemerdekaan.
5)      Kewajiban manusia
Kewajiban manusia artinya sesuatu yang harus dikerjakan oleh manusia. Kewajiban manusia adalah keharusan untuk melakukan sesuatu sebagai konsekwensi manusia sebagai makhluk individu yang mempunyai hak-­hak asasi. Ditinjau dan kewajibannya, manusia berkedudukan sama, artinya tidak ada diskriminasi dalam melaksanakan kewajiban hidupnya sehari-hari.

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Karena manusia mempunyai akal dan pikiran untuk berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan perbuatan yang tidak dilakukan, dan kita bisa memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negatif) buat diri kita sendiri. Bukan hanya itu saja pengertian manusia secara umum adalah manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Karena bukan hanya diri sendiri saja tetapi manusia perlu bantuan dari orang lain. Maka sebab itu manusia adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Adapun beberapa definisi manusia menurut para ahli, yaitu :
1)      Abineno J. I
Manusia adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana".
2)      Upanisads
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana atau badan fisik.
3)      I Wayan Watra
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa.
4)      Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
Konsep manusia dalam Islam juga dapat dilihat dalam QS. Al-Mu’minun (23): 12-14. Menurut ayat tersebut, manusia diciptakan Allah SWT dari saripati tanah (sulalatin min thin) yang dijadikan sperma (nuthfah) dan disimpan ditempat yang kokoh (qararin makin). Kemudian nuthfah itu dijadikan segumpal darah. Segumpal darah itu dijadikan segumpal daging. Lalu segumpal daging dijadikan tulang. Tulang dibalut dengan daging yang keudian dijadikan Allah SWT sebagai makhluk.
Dalam QS. As-Sajadah (32): 7-9 dijelaskan bahwa setelah manusia dalam kandungan terbentuk makhluk, maka ditiupkan oleh Allah roh ke dalam tubuhnya, dan dijadikannya pendengaran,penglihatan, dan perasaan.
Kedua ayat tersebut menegaskan bahwa manusia tersusun atas dua unsur yaitu materi dann immateri, jasmani dan rohani.  Unsur materi (tubuh) manusia berasal dari tanah dan roh manusia berasal dari substansi immateri. Tubuh mempunyai daya-daya fisik jasmani yaitu mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium, dan daya gerak. Roh mempuunyai dua daya yaitu daya berpikir yang disebut dengan akal yang berpusat di kepala dan daya rasa yang berpusat di hati (Rohiman Notowidagdo 1996:17).
Unsur immateri pada manusia terdiri dari roh, qalbu, aqal, dan nafsu. Menurut Mustafa Zahri (1976:121) diuraikan unsur-unsur immateri manusia tersebut:
1)      Roh
Roh diartikan sebagai pemberian hidup dari Allah kepada manusia (QS Al-Hijr (15): 29, As-Sajadah (32): 9). Roh ini mendapat perintah dan larangan dari Allah. Bertanggung jawab atas segala gerak-geriknya dan memegang komando atas segala kehidupan manusia. roh bukan jasad dan bukan pula tubuh. Keberadaannya tidak melekat pada sesuatu. Ia adalah substansi yaitu sesuatu yang berwujud dan berdiri sendiri. Hakikat roh tidak dapat diketahui oleh manusia, serta tidak dapat diukur dan dianalisis. Roh tetap hidup walaupun tubuh sudah hancur (Qamarul Hadi, 1981: 135)
2)      Hati (Qalb)
Menurut Al-Ghazali, qalb memiliki dua arti yaitu arti fisik dan metafisik. Arti fisik yaitu jantung, berupa segumpal daging yang berbentuk buat memanjang yang terletak di pinggir dada sebelah kiri. Sedangkan arti metafisik, yaitu batin sebagai tempat pikiran yang sangat rahasia dan murni, yang merupakan hal yang lathif (yang halus) yang ada pada diri manusia. Qalb ini bertanggung jawab kepada Allah SWT, ditegur, dimarahi serta dihukum. Qalb menjadi bahagia apabila selalu ada di sisi Allah dan berusaha melepaskan dari belenggu selain Allah. Dengan qalb manusia dapat menangkap rasa, mengetahui dan mengenal sesuatu dan pada akhirnya memperoleh ilmu  (Dawam Raharjo, 1987:7).
3)      Potensi Manusia (Akal)
Manusia memiliki sesuatu yang tidak ternilai harganya, anugerah yang sangat besar dari Tuhan, yakni akal. Sebagai makhluk yang berakal, manusia dapat mengamati sesuatu. Dalam pandangan Al-Ghazali, akal mempunyai empat pengertian yaitu:
a.       Sebutan yang membedakan manusia dengan hewan
b.      Ilmu yang lahir disaat anak mencapai usia akil balig, sehingga dapat membedakan perbuatan baik dan buruk.
c.       Ilmu-ilmu yang didapat dari pengalaman sehingga dapat dikatakan “siapa yang banyak pengalaman, maka ia ornag yang berakal”.
d.      Kekuatan yang dapat menghentikan dorongan naluriyah untuk menerawang jauh ke angkasa, mengekang dan menundukkan syahwat yang selalu menginginkan kenikmatan (Ali Gharishah. Tt: 18-19)
4)      Nafsu
Nafsu dalam istilah psikologi lebih dikenal dengan sebutan daya karsa, dalam bentuk bereaksi, berusaha, berbuat, berkemauan, atau berkehendak. Pada prinsipnya nafsu selalu cenderung pada hal yang sifatnya keburukan, kecuali nafsu tersebut dapat dikendalikn dengan dorongan-dorongan yang lai, seperti drongan akal, dorongan hati nurani yang selalu mengacu pada petunjuk Tuhan.
Hakikat manusia terdiri atas aspek–aspek, salah satunya yaitu manusia sebagai makhluk Tuhan. Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran (consciousness) dan penyadaran diri (self–awarness). Karena itu, manusia adalah subjek yang menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinya dengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya (objek) selain itu, manusia bukan saja mampu berpikir tentang diri dan alam sekitarnya, tetapi sekaligus sadar tentang pemikirannya. Namun, sekalipun manusia menyadari perbedaanya dengan alam bahwa dalam konteks keseluruhan alam semesta manusia merupakan bagian daripadanya. Manusia berkedudukan sebagai makhluk Tuhan YME maka dalam pengalaman hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami sendiri adanya fenomena kemakhlukkan (M.I. Soelaeman:1998). Fenomena kemakhlukkan ini, antara lain berupa pengakuan atas kenyataan adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada Tuhannya. Manusia merasakan dirinya begitu kecil dan rendah di hadapan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia mengakui keterbatasan dan ketidakberdayaannya dibanding Tuhannya Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan serba Maha Tahu. Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat abadi, manusia merasakan kasih sayang TuhanNya, namun ia pun tahu pedih siksaNya. Semua melahirkan rasa cemas dan takut pada diri manusia terhadap Tuhannya. Tetapi dibalik itu diiringi pula dengan rasa kagum, rasa hormat, dan rasa segan karena TuhanNya begitu luhur dan suci. Semua itu menggugah kesediaan manusia untuk bersujud dan berserah diri kepada PenciptaNya. Selain itu, menyadari akan Maha Kasih SayangNya Sang Pencipta maka kepadaNya-lah manusia berharap dan berdoa. Dengan demikian, dibalik adanya rasa cemas dan takut itu muncul pula adanya harapan yang mengimplikasikan kesiapan untuk mengambil tindakan dalam hidupnya.
2.      Tanggung Jawab Manusia sebagai Makhluk Tuhan
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan memberikan jawab serta menanggung akibatnya. Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya sikap tanggung jawab karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Manusia di dalam hidupnya disamping sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu, juga merupakan makhluk sosial. Dimana dalam kehidupannya di bebani tanggung jawab, mempunyai hak dan kewajiiban, dituntut pengabdian dan pengorbanan.
Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang mendasar dalam diri manusia. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab.
Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda. Tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab manusia terhadap Tuhan yaitu dimana tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Dalam hubungannya dengan Tuhan,  manusia menempatkan posisinya sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai pencipta. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada Penciptanya yaitu dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Beberapa tanggung jawab manusia terhadap Tuhan adalah sebagai berikut:
1)      Mengabdikan diri kepada Tuhan dengan beriman dan melakukan amal soleh mengikut syariat yang ditetapakan oleh agama.
2)      Mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakanNya kepada kita semua.
3)      Beribadah kepada Tuhan YME sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianut masing-masing.
4)      Melaksanakan segala perintahNya serta berusha menjauhi atau meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Tuhan YME.
5)      Menuntut ilmu dan menggunakannya untuk kebajikan (kemaslahatan) umat manusia sebagai bekal kehidupan baik didunia maupun diakhirat kelak.
Menjalin tali silaturahmi atau persaudaraan guna mewujudkan kehidupan maysarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera.

Selasa, 03 Juni 2014

PEMBERIAN LAYANAN PENDIDIKAN BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR



A.    Identifikasi Kebutuhan Pendidikan
Kebutuhan setiap ABK berbeda-beda dan bersifat sangat unik, artinya kebutuhan antara satu ABK dengan ABK lain hampir tidak ada yang sama, oleh karena itu membutuhkan layanan yang berbeda pula. Dalam kaitannya dengan tugas sebagai guru di sekolah dasar yang akan memberikan layanan bagi ABK, diperlukan sebuah proses penafsiran terhadap hasil asesmen terhadap ABK tersebut.
Langkah awal dalam pemberian layanan pendidikan anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar adalah melakukan identifikasi dan asesmen terhadap kebutuhan pendidikan dari siswa yang bersangkutan. Temukan terlebuh dahulu anak-anak yang diduga mengalami kelainan atau berkebutuhan khusus, dengan beberapa teknik identifikasi dan asesmen yang telah dipelajarai sebelumnya. Melalui asesmen permasalahan-permasalahan pendidikan khusus yang dialami anak akan diketahui, dalam bidang apa, dan rentang persoalan yang dihadapinya.
Anak-anak yang mengalami kesulitan dalam aspek berbahasa, tentu akan berbeda program dan strategi pelayanan dengan anak-anak memiliki permasalahan pada aspek matematika. Secara umum, persoalan pendidikan yang dihadapi anak berkebutuhan berkenaan dengan membaca, menulis dan berhitung. Namun secara lebih spesifik persoalan tersebut meliputi aspek persepsi, visual dan auditori, mental, kemampuan dan perkembangan membaca, analisis kata, memahami bacaan, mengeja, menulis, hitungan dan penalaran matematika, serta aktivitas motorik.
Melihat kebutuhan ABK yang sedemikian spesifik, maka perlu dilakukan asesmen dan identifikasi terlebih dahulu untuk mengetahui kondisi sebenarnya secara objektif. Proses identifikasi dapat dilakukan secara tim, yakni oleh guru bersama dengan kolega (teman guru lain), kepala sekolah, atau teman guru Pendidikan Luar Biasa yang telah dikenal.
Identifikasi atau penafsiran harus dilakukan secara cermat karena hasilnya akan digunakan untuk mengembangkan program layanan. Penafsiran yang keliru akan menghasilkan jenis layanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan ABK. Oleh karena itu, penafsiran hasil asesmen harus dilakukan secara akurat dan cermat agar dapat dihasilkan layanan yang maksimal.
Untuk memperoleh informasi atau hasil asesmen yang objektif dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut.
1.    Observasi
Teknik observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kondisi umum dan perkembangan belajar seorang siswa di sekolah dasar.
2.    Tes informal dan formal
Tes informal dan tes formal dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan-keterampilan bidang tertentu yang mampu atau belum mampu dilakukan oleh seorang siswa.
Setelah memperoleh informasi yang objektif, langkah selanjutnya yang harus dilakukan adalah menafsirkan informasi tersebut. Agar didapatkan penafsiran hasil yang akurat dan cermat, maka dapat digunakan rambu-rambu berikut sebagai acuan melakukan penafsiran.
1.    Tujuan asesmen adalah mengukur atau menafsirkan kemampuan yang dimiliki siswa dalamm bidang yang kita duga ia mengalami masalah atau keluarbiasaan. Oleh karena itu, penafsiran hasil asesmen harus selalu mengacu pada tujuan tersebut.
2.    Hasil asesmen akan digunakan untuk mengembangkan program layanan bantuan atau program pembelajaran bagi anak tersebut.
3.    Penafsiran terutama didasarkan pada informasi yang relevan, sedangkan informasi lai hanya digunakan sebagai penunjang.
Dari penafsiran hasil asesmen, kita kemudian dapat memperkirakan atau menafsirkan kebutuhan layanan yang diperlukan oleh siswa bersangkutan. Agar perkiraan atau penafsiran dapat berlangsung secara terarah, langkah-langkah berikut perlu kita pertimbangkan dalam penafsiran kebutuhan layanan.
1.    Tetapkan kemampuan yang semestinya dikuasai oleh anak. Untuk menetapkan kemampuan ini, dapat digunakan kurikulum yang sedang berlaku sebagai acuannya.
2.    Deskripsikan kemampuan yang dimiliki oleh anak berdasarkan hasil asesmen. Deskripsi ini dapat dibuat berdasarkan penafsiran hasil asesmen.
3.    Bandingkan kemampuan yang dimiliki anak dengan kemampuan yang seharusnya ia kuasai.
4.    Gambarkan kesenjangan antara kemampuan yang dimiliki anak dengan kemampuan yang harus ia miliki.
5.    Berdasarkan kesenjangan tersebut, tafsirkan kebutuhan program layanan untuk mencapai kemampuan yang semestinya.
B.     Pengembangan Program     
Hasil asesmen dan segala usaha untuk menafsirkan kebutuhan layanan bagi anak berkebutuhan khusus yang ada di sekolah dasar tidak akan ada artinya apabila tidak ditindaklanjuti dengan pengembangan program. Idealnya pengembangan program ini dilakukan oleh sebuah tim yang menangani ABK tersebut sejka tahap identifikasi.
Salah satu program pembelajaran yang dirancang untuk anak-anak berkebutuhan khusus adalah program pembelajaran individual, yaitu program yang disusun sesuai dengan kebutuhan individu anak-anak berkebutuhan pendidikan khusus, baik untuk pendidikan jangka pendek atau jangka panjang. Istilah program pembelajaran individual (PPI), merupakan terjemahan dari bahasa inggris, The Individualized Program (IEP), yang menurut Hallahan (1991:25) dalam persiapannya harus merumuskan tingkat kemampuan siswa saat ini, yang memiliki tujuan jangka pendek atau jangka panjang.
Keputusan untuk mengembangkan PPI bagi anak tertentu haruslah didasarka pada kebutuhan anak yang tidak mungkin akan terpenuhi jika tidak diberikan layanan secara individual. Sepanjang kebutuhan ini tidak jauh berbeda dan dapat dilayani bersama-sama, PPI belum perlu dikembangkan.
Mengenai program dan pelaksanaannya, amat penting adanya persetujuan dan kesepakatan dengan orang tua, yang menurut Hallahan (1991:30) menyangkut ketentuan-ketentuan:
1.    Tingkat kemampuan akademik siswa pada saat ini
2.    Tujuan tahunan untuk setiap siswa
3.    Hubungan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang
4.    Hubungan antara pendidikan khusus dan pelayanan yang diberikan, serta memberikan kesempatan kepada setiap anak yang berhasil untuk turut serta dalam program pendidikan umum
5.    Rencana untuk memulai layanan dan mengantisipasi lamanya pelayanan
6.    Prosedur evaluasi untuk menentukan keberhasilan atau kegagalan program
Proses pengembangan PPI dapat dilakukan dengan mengikuti beberapa panduan prosedur teknis, yaitu:
1.    Mendeskripsikan kompetensi siswa secara rinci pada saat sekarang dalam berbagai bidang pelajaran.
2.    Merumuskan tujuan, baik jangka panjang (tahunan) ataupun tujuan jangka pendek, secara khusus dalam kegiatan pembelajaran.
3.    Menentukan teknik dan alat evaluasi untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai.
4.    Mengembangkan ranah kurikulum yang akan dibuat atau diprogramkan.
5.    Menetapkan strategi pembelajaran, sesuai dengan penekanan pada ranah kurikulum.
Berikut ini adalah contoh format untuk program pembelajaran individual bagi anak berkebutuhan khusus. (Wardani : 2002)

Program Pembelajaran Individual

Hari/Tgl/Bl/Th : ....................................
Nama Siswa                : ....................................
Jenis Kelamin              : ....................................
Alamat                         : ....................................
Nama Sekolah             : ....................................
Kelas                           : ....................................
Bidang Kesulitan        : ....................................
Guru                            : ....................................

Kompetensi Siswa Saat Ini
.........................................................................
.........................................................................
Kompetensi Dasar yang Harus Dikuasai
.........................................................................
.........................................................................
Informasi Lain yang Relevan
.........................................................................
.........................................................................
Tujuan Umum
.........................................................................
.........................................................................
Tujuan Khusus
.........................................................................
.........................................................................
Materi Pelajaran
.........................................................................
.........................................................................
Media dan Sumber
.........................................................................
.........................................................................
Kegiatan Belajar
.........................................................................
.........................................................................
.........................................................................
Penilaian
Prosedur Penilaian
.........................................................................
.........................................................................
Jenis dan Alat Penilaian
.........................................................................
.........................................................................

Mengetahui,
Kepala Sekolah/Anggota Tim Lainnya                       Guru Pembimbing
............................                                                        ...............................
C.    Pelaksanaan
Setelah program pembelajaran dibuat, selanjutnya adalah implementasinya dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Dalam hal ini, guru harus mempertimbangkan berbagai aspek dalam pelaksanaannya, yang memungkinkan program dapat berjalan secara efektif. Selain itu, perlu pula dipersiapkan beberapa hal penting yang terkait dengan program, diantaranya adalah sebagai berikut.
1.    Mencermati tujuan dan sasaran program yang akan dicapai, baik secara umum ataupun khusus berkenaan dengan pembelajaran baik anak berkebutuhan khusus di sekolah.
2.    Materi dan lembar kegiatan, yang diperlukan selama pelaksanaan program berlangsung di sekolah. Materi pembelajaran merupakan kegiatan penting yang harus dipersiapkan, dengan memperhatikan kompetensi yang akan di capai, serta struktur dan ranah kurikulum yang dikembangkan.
3.    Fasilitas dan sumber belajar, yaitu berupa media atau ruang sumber untuk kegiatan pembelajarn.
4.    Kalender pembelajaran
5.    Melakukan rapat koordinasi tim terlebih dahulu dilakukan yang melibatkan berbagai unsur sekolah, komite, dan orangtua siswa yang bersangkutan.
Wadani (2002) menjelaskan bahwa sebelum pelaksanaan program, berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan program perlu dipersiapkan. Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut.
1.    Jadwal pelaksanaan harus dipersiapkan sesuai dengan rencana pada PPI.
2.    Materi pelajaran dan media yang akan digunakan harus dipersiapkan secara tuntas.
3.    Pemberitahuan kepada orang tua harus dilakukan sebelum kegiatan pelaksanaan dimulai.
4.    Jika guru akan dibantu oleh anggota tim lain, misalnya guru lain, tim harus menetapkan langkah-langkah pelaksanaan dan peran masing-masing anggota tim. Dengan cara ini setiap anggota tim akan menyadari tugasnya sendiri dan tugas anggota tim lainnya.
Selama kegiatan berlangsung, guru bukan hanya berperan sebagai pengajar, melainkan juga sebagai fasilitator dan motivator dalam pelaksanaan program. Kegiatan ini juga harus dimonitor dan dievaluasi setiap saat untuk melihat perkembangan atau kemajuan yang dicapai siswa, baik melalui observasi atau tes. Secara periodik dapat dilakukan tes informal guna memberikan umpan balik dalam pelaksanaan program yang lebih baik. Dengan mempersiapkan pelaksanaan program dengan sebaik-baiknya, maka kompetensi yang diharapkan untuk mengatasi kesulitan akan lebih mudah dicapai.
D.    Evaluasi
Program yang telah dilaksanakan haruslah dinilai keefektifannya.  Keefektifan pelaksanaan suatu program dapat dinilai melalui kegiatan evaluasi. Evaluasi atau penilaian diberikan pada setiap akhir kegiatan pembelajaran atau dalam periode waktu tertentu dalam bentuk tes informal maupun tes formal.
Evaluasi dilakukan untuk mengukur tingkat kemajuan dan prestasi belajar yang telah dicapai oleh siswa. Jenisnya dapat berupa tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan yang merupakan rangkaian penyelesaian tugas-tugas pembelajaran yang disampaikan dalam kegiatan pembelajaran.
Penilaian harus didasarkan pada hasil observasi atau catatan setiap latihan dan hasil tes yang dilaksanakan. Untuk anak-anak berkebutuhan khusus, evaluasi dapat dilakukan dengan portofolio melalui serangkaian kegiatan atau tugas-tugas yang telah dilakukan atau dibuat oleh siswa. Aktivitas atau pekerjaan siswa selama kegiatan pembelajaran yang mencerminkan performans siswa selama kegiatan menjadi dasar penilaian.
Hasil tes akhir selanjutnya dibandingkan dengan tujuan yang harus dikuasai. Apabila tujuan tersebut belum dapat dikuasai, maka setiap komponen program harus dinilai sumbangannya terhadap pencapaian tujuan tersebut. Guru harus melihat kembali berbagai kemungkinan yang dapat menyebabkan belum tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Kemungkinan penilaian atau pertimbangan yang dapat dilakukan untuk setiap komponen program antara lain adalah sebagai berikut.
1.    Kemungkinan tujuan yang ditetapkan terlalu tinggi.
2.    Kemungkinan materi yang disiapkan kurang menarik atau kurang relevan dengan tujuan yang akan dicapai.
3.    Kemungkinan kesesuaian antara latihan atau kegiatan belajar dengan kemampuan siswa terlalu berat.
4.    Kemungkinan tes diberikan tidak sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
Dengan mengajukan pertimbangan seperti di atas dan menelaah hasil obseravasi dan catatan pada setiap penelitian, kita dapat menetapkan keefektivan program. Sebenarnya, apabila pada akhir setiap latihan hasil observasi dan catatan guru dimanfaatkan guru untuk memperbaikai latihan, maka keefektivan program sudah dinilai sejak awal dan sudah dilakukan perbaikan langsung.
Perbaikan langsung yang dilakukan tersebut tentu mencakup materi dan media yang digunakan, kegiatan pembelajaran, seperti jenis dan frekuensi latihan yang diberikan, serta perbaikan suasana latihan. Perbaikan langsung ini jauh lebih baik daripada penilaian yang hanya dilakukan pada akhir program. Dan pada akhirnya yang harus dilakukan adalah melaporkan hasil pelayanan program tersebut kepada anggota tim dan orang tua siswa.