A.
Identifikasi
Kebutuhan Pendidikan
Kebutuhan setiap ABK berbeda-beda
dan bersifat sangat unik, artinya kebutuhan antara satu ABK dengan ABK lain
hampir tidak ada yang sama, oleh karena itu membutuhkan layanan yang berbeda
pula. Dalam kaitannya dengan tugas sebagai guru di sekolah dasar yang akan
memberikan layanan bagi ABK, diperlukan sebuah proses penafsiran terhadap hasil
asesmen terhadap ABK tersebut.
Langkah awal dalam pemberian layanan
pendidikan anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar adalah melakukan
identifikasi dan asesmen terhadap kebutuhan pendidikan dari siswa yang
bersangkutan. Temukan terlebuh dahulu anak-anak yang diduga mengalami kelainan
atau berkebutuhan khusus, dengan beberapa teknik identifikasi dan asesmen yang
telah dipelajarai sebelumnya. Melalui asesmen permasalahan-permasalahan
pendidikan khusus yang dialami anak akan diketahui, dalam bidang apa, dan
rentang persoalan yang dihadapinya.
Anak-anak yang mengalami kesulitan
dalam aspek berbahasa, tentu akan berbeda program dan strategi pelayanan dengan
anak-anak memiliki permasalahan pada aspek matematika. Secara umum, persoalan
pendidikan yang dihadapi anak berkebutuhan berkenaan dengan membaca, menulis
dan berhitung. Namun secara lebih spesifik persoalan tersebut meliputi aspek
persepsi, visual dan auditori, mental, kemampuan dan perkembangan membaca,
analisis kata, memahami bacaan, mengeja, menulis, hitungan dan penalaran
matematika, serta aktivitas motorik.
Melihat kebutuhan ABK yang
sedemikian spesifik, maka perlu dilakukan asesmen dan identifikasi terlebih
dahulu untuk mengetahui kondisi sebenarnya secara objektif. Proses identifikasi
dapat dilakukan secara tim, yakni oleh guru bersama dengan kolega (teman guru
lain), kepala sekolah, atau teman guru Pendidikan Luar Biasa yang telah
dikenal.
Identifikasi atau penafsiran harus
dilakukan secara cermat karena hasilnya akan digunakan untuk mengembangkan
program layanan. Penafsiran yang keliru akan menghasilkan jenis layanan yang
tidak sesuai dengan kebutuhan ABK. Oleh karena itu, penafsiran hasil asesmen
harus dilakukan secara akurat dan cermat agar dapat dihasilkan layanan yang
maksimal.
Untuk memperoleh informasi atau
hasil asesmen yang objektif dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut.
1.
Observasi
Teknik
observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kondisi umum dan
perkembangan belajar seorang siswa di sekolah dasar.
2.
Tes informal dan formal
Tes
informal dan tes formal dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai
keterampilan-keterampilan bidang tertentu yang mampu atau belum mampu dilakukan
oleh seorang siswa.
Setelah memperoleh informasi yang objektif, langkah
selanjutnya yang harus dilakukan adalah menafsirkan informasi tersebut. Agar
didapatkan penafsiran hasil yang akurat dan cermat, maka dapat digunakan
rambu-rambu berikut sebagai acuan melakukan penafsiran.
1.
Tujuan asesmen adalah mengukur atau menafsirkan kemampuan
yang dimiliki siswa dalamm bidang yang kita duga ia mengalami masalah atau
keluarbiasaan. Oleh karena itu, penafsiran hasil asesmen harus selalu mengacu
pada tujuan tersebut.
2.
Hasil asesmen akan digunakan untuk mengembangkan program
layanan bantuan atau program pembelajaran bagi anak tersebut.
3.
Penafsiran terutama didasarkan pada informasi yang relevan,
sedangkan informasi lai hanya digunakan sebagai penunjang.
Dari penafsiran hasil asesmen, kita kemudian dapat
memperkirakan atau menafsirkan kebutuhan layanan yang diperlukan oleh siswa
bersangkutan. Agar perkiraan atau penafsiran dapat berlangsung secara terarah,
langkah-langkah berikut perlu kita pertimbangkan dalam penafsiran kebutuhan
layanan.
1.
Tetapkan kemampuan yang semestinya dikuasai oleh anak. Untuk
menetapkan kemampuan ini, dapat digunakan kurikulum yang sedang berlaku sebagai
acuannya.
2.
Deskripsikan kemampuan yang dimiliki oleh anak berdasarkan
hasil asesmen. Deskripsi ini dapat dibuat berdasarkan penafsiran hasil asesmen.
3.
Bandingkan kemampuan yang dimiliki anak dengan kemampuan
yang seharusnya ia kuasai.
4.
Gambarkan kesenjangan antara kemampuan yang dimiliki anak
dengan kemampuan yang harus ia miliki.
5.
Berdasarkan kesenjangan tersebut, tafsirkan kebutuhan
program layanan untuk mencapai kemampuan yang semestinya.
B.
Pengembangan
Program
Hasil asesmen dan segala usaha untuk
menafsirkan kebutuhan layanan bagi anak berkebutuhan khusus yang ada di sekolah
dasar tidak akan ada artinya apabila tidak ditindaklanjuti dengan pengembangan
program. Idealnya pengembangan program ini dilakukan oleh sebuah tim yang
menangani ABK tersebut sejka tahap identifikasi.
Salah satu program pembelajaran yang
dirancang untuk anak-anak berkebutuhan khusus adalah program pembelajaran
individual, yaitu program yang disusun sesuai dengan kebutuhan individu
anak-anak berkebutuhan pendidikan khusus, baik untuk pendidikan jangka pendek
atau jangka panjang. Istilah program pembelajaran individual (PPI), merupakan
terjemahan dari bahasa inggris, The
Individualized Program (IEP), yang menurut Hallahan (1991:25) dalam
persiapannya harus merumuskan tingkat kemampuan siswa saat ini, yang memiliki
tujuan jangka pendek atau jangka panjang.
Keputusan untuk mengembangkan PPI
bagi anak tertentu haruslah didasarka pada kebutuhan anak yang tidak mungkin
akan terpenuhi jika tidak diberikan layanan secara individual. Sepanjang
kebutuhan ini tidak jauh berbeda dan dapat dilayani bersama-sama, PPI belum
perlu dikembangkan.
Mengenai program dan pelaksanaannya,
amat penting adanya persetujuan dan kesepakatan dengan orang tua, yang menurut
Hallahan (1991:30) menyangkut ketentuan-ketentuan:
1.
Tingkat kemampuan akademik siswa pada saat ini
2.
Tujuan tahunan untuk setiap siswa
3.
Hubungan antara tujuan jangka pendek dan jangka panjang
4.
Hubungan antara pendidikan khusus dan pelayanan yang
diberikan, serta memberikan kesempatan kepada setiap anak yang berhasil untuk
turut serta dalam program pendidikan umum
5.
Rencana untuk memulai layanan dan mengantisipasi lamanya
pelayanan
6.
Prosedur evaluasi untuk menentukan keberhasilan atau
kegagalan program
Proses pengembangan PPI dapat dilakukan dengan mengikuti
beberapa panduan prosedur teknis, yaitu:
1.
Mendeskripsikan kompetensi siswa secara rinci pada saat
sekarang dalam berbagai bidang pelajaran.
2.
Merumuskan tujuan, baik jangka panjang (tahunan) ataupun
tujuan jangka pendek, secara khusus dalam kegiatan pembelajaran.
3.
Menentukan teknik dan alat evaluasi untuk mengetahui
kemajuan yang telah dicapai.
4.
Mengembangkan ranah kurikulum yang akan dibuat atau
diprogramkan.
5.
Menetapkan strategi pembelajaran, sesuai dengan penekanan
pada ranah kurikulum.
Berikut ini adalah contoh format untuk program pembelajaran
individual bagi anak berkebutuhan khusus. (Wardani : 2002)
Program
Pembelajaran Individual
Hari/Tgl/Bl/Th :
....................................
Nama Siswa :
....................................
Jenis Kelamin :
....................................
Alamat :
....................................
Nama Sekolah :
....................................
Kelas :
....................................
Bidang Kesulitan :
....................................
Guru :
....................................
Kompetensi Siswa Saat Ini
.........................................................................
.........................................................................
Kompetensi Dasar yang Harus Dikuasai
.........................................................................
.........................................................................
Informasi Lain yang Relevan
.........................................................................
.........................................................................
Tujuan Umum
.........................................................................
.........................................................................
Tujuan Khusus
.........................................................................
.........................................................................
Materi Pelajaran
.........................................................................
.........................................................................
Media dan Sumber
.........................................................................
.........................................................................
Kegiatan Belajar
.........................................................................
.........................................................................
.........................................................................
Penilaian
Prosedur Penilaian
.........................................................................
.........................................................................
Jenis dan Alat Penilaian
.........................................................................
.........................................................................
Mengetahui,
Kepala Sekolah/Anggota Tim Lainnya Guru Pembimbing
............................ ...............................
C.
Pelaksanaan
Setelah program pembelajaran dibuat,
selanjutnya adalah implementasinya dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Dalam hal ini, guru harus mempertimbangkan berbagai aspek dalam pelaksanaannya,
yang memungkinkan program dapat berjalan secara efektif. Selain itu, perlu pula
dipersiapkan beberapa hal penting yang terkait dengan program, diantaranya
adalah sebagai berikut.
1.
Mencermati tujuan dan sasaran program yang akan dicapai,
baik secara umum ataupun khusus berkenaan dengan pembelajaran baik anak
berkebutuhan khusus di sekolah.
2.
Materi dan lembar kegiatan, yang diperlukan selama
pelaksanaan program berlangsung di sekolah. Materi pembelajaran merupakan
kegiatan penting yang harus dipersiapkan, dengan memperhatikan kompetensi yang
akan di capai, serta struktur dan ranah kurikulum yang dikembangkan.
3.
Fasilitas dan sumber belajar, yaitu berupa media atau ruang
sumber untuk kegiatan pembelajarn.
4.
Kalender pembelajaran
5.
Melakukan rapat koordinasi tim terlebih dahulu dilakukan
yang melibatkan berbagai unsur sekolah, komite, dan orangtua siswa yang bersangkutan.
Wadani (2002) menjelaskan bahwa sebelum pelaksanaan program,
berbagai hal yang berkaitan dengan pelaksanaan program perlu dipersiapkan.
Hal-hal tersebut antara lain sebagai berikut.
1.
Jadwal pelaksanaan harus dipersiapkan sesuai dengan rencana pada
PPI.
2.
Materi pelajaran dan media yang akan digunakan harus
dipersiapkan secara tuntas.
3.
Pemberitahuan kepada orang tua harus dilakukan sebelum
kegiatan pelaksanaan dimulai.
4.
Jika guru akan dibantu oleh anggota tim lain, misalnya guru
lain, tim harus menetapkan langkah-langkah pelaksanaan dan peran masing-masing
anggota tim. Dengan cara ini setiap anggota tim akan menyadari tugasnya sendiri
dan tugas anggota tim lainnya.
Selama kegiatan berlangsung, guru bukan hanya berperan
sebagai pengajar, melainkan juga sebagai fasilitator dan motivator dalam
pelaksanaan program. Kegiatan ini juga harus dimonitor dan dievaluasi setiap
saat untuk melihat perkembangan atau kemajuan yang dicapai siswa, baik melalui
observasi atau tes. Secara periodik dapat dilakukan tes informal guna
memberikan umpan balik dalam pelaksanaan program yang lebih baik. Dengan
mempersiapkan pelaksanaan program dengan sebaik-baiknya, maka kompetensi yang
diharapkan untuk mengatasi kesulitan akan lebih mudah dicapai.
D.
Evaluasi
Program yang telah dilaksanakan
haruslah dinilai keefektifannya.
Keefektifan pelaksanaan suatu program dapat dinilai melalui kegiatan
evaluasi. Evaluasi atau penilaian diberikan pada setiap akhir kegiatan
pembelajaran atau dalam periode waktu tertentu dalam bentuk tes informal maupun
tes formal.
Evaluasi dilakukan untuk mengukur
tingkat kemajuan dan prestasi belajar yang telah dicapai oleh siswa. Jenisnya
dapat berupa tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan yang merupakan
rangkaian penyelesaian tugas-tugas pembelajaran yang disampaikan dalam kegiatan
pembelajaran.
Penilaian harus didasarkan pada
hasil observasi atau catatan setiap latihan dan hasil tes yang dilaksanakan.
Untuk anak-anak berkebutuhan khusus, evaluasi dapat dilakukan dengan portofolio
melalui serangkaian kegiatan atau tugas-tugas yang telah dilakukan atau dibuat
oleh siswa. Aktivitas atau pekerjaan siswa selama kegiatan pembelajaran yang
mencerminkan performans siswa selama kegiatan menjadi dasar penilaian.
Hasil tes akhir selanjutnya
dibandingkan dengan tujuan yang harus dikuasai. Apabila tujuan tersebut belum
dapat dikuasai, maka setiap komponen program harus dinilai sumbangannya
terhadap pencapaian tujuan tersebut. Guru harus melihat kembali berbagai
kemungkinan yang dapat menyebabkan belum tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan.
Kemungkinan penilaian atau
pertimbangan yang dapat dilakukan untuk setiap komponen program antara lain
adalah sebagai berikut.
1.
Kemungkinan tujuan yang ditetapkan terlalu tinggi.
2.
Kemungkinan materi yang disiapkan kurang menarik atau kurang
relevan dengan tujuan yang akan dicapai.
3.
Kemungkinan kesesuaian antara latihan atau kegiatan belajar
dengan kemampuan siswa terlalu berat.
4.
Kemungkinan tes diberikan tidak sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan.
Dengan mengajukan pertimbangan seperti di atas dan menelaah
hasil obseravasi dan catatan pada setiap penelitian, kita dapat menetapkan
keefektivan program. Sebenarnya, apabila pada akhir setiap latihan hasil
observasi dan catatan guru dimanfaatkan guru untuk memperbaikai latihan, maka
keefektivan program sudah dinilai sejak awal dan sudah dilakukan perbaikan
langsung.
Perbaikan
langsung yang dilakukan tersebut tentu mencakup materi dan media yang
digunakan, kegiatan pembelajaran, seperti jenis dan frekuensi latihan yang
diberikan, serta perbaikan suasana latihan. Perbaikan langsung ini jauh lebih
baik daripada penilaian yang hanya dilakukan pada akhir program. Dan pada
akhirnya yang harus dilakukan adalah melaporkan hasil pelayanan program
tersebut kepada anggota tim dan orang tua siswa.