Sekolah Dasar

Kamis, 11 September 2014

Hakikat dan Tanggung Jawab Manusia Sebagai Makhluk Tuhan



1.      Hakikat Manusia sebagai Makhluk Tuhan
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat, hak, dan kewajibannya.
1)      Kodrat manusia
Kodrat manusia adalah keseluruhan sifat-sifat sah, kemampuan atau bakat­bakat alami yang melekat pada manusia, yaitu manusia sebagai makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Ditinjau dan kodratnya, kedudukan manusia secara pribadi antara lain sesuai dengan sifat-sifat aslinya, kemampuannya, dan bakat-bakat alami yang melekat padanya.
2)      Harkat manusia
Harkat manusia artinya derajat manusia. Harkat manusia adalah nilai manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
3)      Martabat manusia
Martabat manusia artinya harga diri manusia. Martabat manusia adalah kedudukan manusia yang terhormat sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berakal budi sehingga manusia mendapat tempat yang tinggi dibanding makhluk yang lain. Ditinjau dan martabatnya, kedudukan manusia itu lebih tinggi dan lebih terhormat dibandingkan dengan makhluk­ lainnya.
4)      Hak asasi manusia
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimihiki oleh setiap manusia sebagai anugerah dan Tuhan Yang Maha Esa, seperti hak hidup, hak milik, dan hak kebebasan atau kemerdekaan.
5)      Kewajiban manusia
Kewajiban manusia artinya sesuatu yang harus dikerjakan oleh manusia. Kewajiban manusia adalah keharusan untuk melakukan sesuatu sebagai konsekwensi manusia sebagai makhluk individu yang mempunyai hak-­hak asasi. Ditinjau dan kewajibannya, manusia berkedudukan sama, artinya tidak ada diskriminasi dalam melaksanakan kewajiban hidupnya sehari-hari.

Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lainnya. Karena manusia mempunyai akal dan pikiran untuk berfikir secara logis dan dinamis, dan bisa membatasi diri dengan perbuatan yang tidak dilakukan, dan kita bisa memilih perbuatan mana yang baik (positif) atau buruk (negatif) buat diri kita sendiri. Bukan hanya itu saja pengertian manusia secara umum adalah manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk sosial. Karena bukan hanya diri sendiri saja tetapi manusia perlu bantuan dari orang lain. Maka sebab itu manusia adalah makhluk pribadi sekaligus makhluk sosial. Adapun beberapa definisi manusia menurut para ahli, yaitu :
1)      Abineno J. I
Manusia adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana".
2)      Upanisads
Manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana atau badan fisik.
3)      I Wayan Watra
Manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa.
4)      Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany
Manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
Konsep manusia dalam Islam juga dapat dilihat dalam QS. Al-Mu’minun (23): 12-14. Menurut ayat tersebut, manusia diciptakan Allah SWT dari saripati tanah (sulalatin min thin) yang dijadikan sperma (nuthfah) dan disimpan ditempat yang kokoh (qararin makin). Kemudian nuthfah itu dijadikan segumpal darah. Segumpal darah itu dijadikan segumpal daging. Lalu segumpal daging dijadikan tulang. Tulang dibalut dengan daging yang keudian dijadikan Allah SWT sebagai makhluk.
Dalam QS. As-Sajadah (32): 7-9 dijelaskan bahwa setelah manusia dalam kandungan terbentuk makhluk, maka ditiupkan oleh Allah roh ke dalam tubuhnya, dan dijadikannya pendengaran,penglihatan, dan perasaan.
Kedua ayat tersebut menegaskan bahwa manusia tersusun atas dua unsur yaitu materi dann immateri, jasmani dan rohani.  Unsur materi (tubuh) manusia berasal dari tanah dan roh manusia berasal dari substansi immateri. Tubuh mempunyai daya-daya fisik jasmani yaitu mendengar, melihat, merasa, meraba, mencium, dan daya gerak. Roh mempuunyai dua daya yaitu daya berpikir yang disebut dengan akal yang berpusat di kepala dan daya rasa yang berpusat di hati (Rohiman Notowidagdo 1996:17).
Unsur immateri pada manusia terdiri dari roh, qalbu, aqal, dan nafsu. Menurut Mustafa Zahri (1976:121) diuraikan unsur-unsur immateri manusia tersebut:
1)      Roh
Roh diartikan sebagai pemberian hidup dari Allah kepada manusia (QS Al-Hijr (15): 29, As-Sajadah (32): 9). Roh ini mendapat perintah dan larangan dari Allah. Bertanggung jawab atas segala gerak-geriknya dan memegang komando atas segala kehidupan manusia. roh bukan jasad dan bukan pula tubuh. Keberadaannya tidak melekat pada sesuatu. Ia adalah substansi yaitu sesuatu yang berwujud dan berdiri sendiri. Hakikat roh tidak dapat diketahui oleh manusia, serta tidak dapat diukur dan dianalisis. Roh tetap hidup walaupun tubuh sudah hancur (Qamarul Hadi, 1981: 135)
2)      Hati (Qalb)
Menurut Al-Ghazali, qalb memiliki dua arti yaitu arti fisik dan metafisik. Arti fisik yaitu jantung, berupa segumpal daging yang berbentuk buat memanjang yang terletak di pinggir dada sebelah kiri. Sedangkan arti metafisik, yaitu batin sebagai tempat pikiran yang sangat rahasia dan murni, yang merupakan hal yang lathif (yang halus) yang ada pada diri manusia. Qalb ini bertanggung jawab kepada Allah SWT, ditegur, dimarahi serta dihukum. Qalb menjadi bahagia apabila selalu ada di sisi Allah dan berusaha melepaskan dari belenggu selain Allah. Dengan qalb manusia dapat menangkap rasa, mengetahui dan mengenal sesuatu dan pada akhirnya memperoleh ilmu  (Dawam Raharjo, 1987:7).
3)      Potensi Manusia (Akal)
Manusia memiliki sesuatu yang tidak ternilai harganya, anugerah yang sangat besar dari Tuhan, yakni akal. Sebagai makhluk yang berakal, manusia dapat mengamati sesuatu. Dalam pandangan Al-Ghazali, akal mempunyai empat pengertian yaitu:
a.       Sebutan yang membedakan manusia dengan hewan
b.      Ilmu yang lahir disaat anak mencapai usia akil balig, sehingga dapat membedakan perbuatan baik dan buruk.
c.       Ilmu-ilmu yang didapat dari pengalaman sehingga dapat dikatakan “siapa yang banyak pengalaman, maka ia ornag yang berakal”.
d.      Kekuatan yang dapat menghentikan dorongan naluriyah untuk menerawang jauh ke angkasa, mengekang dan menundukkan syahwat yang selalu menginginkan kenikmatan (Ali Gharishah. Tt: 18-19)
4)      Nafsu
Nafsu dalam istilah psikologi lebih dikenal dengan sebutan daya karsa, dalam bentuk bereaksi, berusaha, berbuat, berkemauan, atau berkehendak. Pada prinsipnya nafsu selalu cenderung pada hal yang sifatnya keburukan, kecuali nafsu tersebut dapat dikendalikn dengan dorongan-dorongan yang lai, seperti drongan akal, dorongan hati nurani yang selalu mengacu pada petunjuk Tuhan.
Hakikat manusia terdiri atas aspek–aspek, salah satunya yaitu manusia sebagai makhluk Tuhan. Manusia adalah subjek yang memiliki kesadaran (consciousness) dan penyadaran diri (self–awarness). Karena itu, manusia adalah subjek yang menyadari keberadaannya, ia mampu membedakan dirinya dengan segala sesuatu yang ada di luar dirinya (objek) selain itu, manusia bukan saja mampu berpikir tentang diri dan alam sekitarnya, tetapi sekaligus sadar tentang pemikirannya. Namun, sekalipun manusia menyadari perbedaanya dengan alam bahwa dalam konteks keseluruhan alam semesta manusia merupakan bagian daripadanya. Manusia berkedudukan sebagai makhluk Tuhan YME maka dalam pengalaman hidupnya terlihat bahkan dapat kita alami sendiri adanya fenomena kemakhlukkan (M.I. Soelaeman:1998). Fenomena kemakhlukkan ini, antara lain berupa pengakuan atas kenyataan adanya perbedaan kodrat dan martabat manusia daripada Tuhannya. Manusia merasakan dirinya begitu kecil dan rendah di hadapan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Tinggi. Manusia mengakui keterbatasan dan ketidakberdayaannya dibanding Tuhannya Yang Maha Kuasa dan Maha Perkasa. Manusia serba tidak tahu, sedangkan Tuhan serba Maha Tahu. Manusia bersifat fana, sedangkan Tuhan bersifat abadi, manusia merasakan kasih sayang TuhanNya, namun ia pun tahu pedih siksaNya. Semua melahirkan rasa cemas dan takut pada diri manusia terhadap Tuhannya. Tetapi dibalik itu diiringi pula dengan rasa kagum, rasa hormat, dan rasa segan karena TuhanNya begitu luhur dan suci. Semua itu menggugah kesediaan manusia untuk bersujud dan berserah diri kepada PenciptaNya. Selain itu, menyadari akan Maha Kasih SayangNya Sang Pencipta maka kepadaNya-lah manusia berharap dan berdoa. Dengan demikian, dibalik adanya rasa cemas dan takut itu muncul pula adanya harapan yang mengimplikasikan kesiapan untuk mengambil tindakan dalam hidupnya.
2.      Tanggung Jawab Manusia sebagai Makhluk Tuhan
Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan memberikan jawab serta menanggung akibatnya. Seseorang mau bertanggung jawab karena ada kesadaran atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Timbulnya sikap tanggung jawab karena manusia itu hidup bermasyarakat dan hidup dalam lingkungan alam. Manusia di dalam hidupnya disamping sebagai makhluk Tuhan, makhluk individu, juga merupakan makhluk sosial. Dimana dalam kehidupannya di bebani tanggung jawab, mempunyai hak dan kewajiiban, dituntut pengabdian dan pengorbanan.
Tanggung jawab itu sendiri merupakan sifat yang mendasar dalam diri manusia. Setiap individu memiliki sifat ini. Ia akan semakin membaik bila kepribadian orang tersebut semakin meningkat. Ia akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan tanggung jawab.
Inilah yang menyebabkan frekuensi tanggung jawab masing-masing individu berbeda. Tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat erat dengan perasaan. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.
Tanggung jawab manusia terhadap Tuhan yaitu dimana tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Dalam hubungannya dengan Tuhan,  manusia menempatkan posisinya sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai pencipta. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada Penciptanya yaitu dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Beberapa tanggung jawab manusia terhadap Tuhan adalah sebagai berikut:
1)      Mengabdikan diri kepada Tuhan dengan beriman dan melakukan amal soleh mengikut syariat yang ditetapakan oleh agama.
2)      Mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakanNya kepada kita semua.
3)      Beribadah kepada Tuhan YME sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan yang dianut masing-masing.
4)      Melaksanakan segala perintahNya serta berusha menjauhi atau meninggalkan segala apa yang dilarang oleh Tuhan YME.
5)      Menuntut ilmu dan menggunakannya untuk kebajikan (kemaslahatan) umat manusia sebagai bekal kehidupan baik didunia maupun diakhirat kelak.
Menjalin tali silaturahmi atau persaudaraan guna mewujudkan kehidupan maysarakat yang aman, tentram, damai, dan sejahtera.