Sekolah Dasar

Senin, 11 November 2013

Lirik lagu WANITA (Cipt. Ismail Marzuki)

Seindah mawar
semurni nan hati
dikau cemerlang wanita
semerbak wangi
sejinak merpati
dikau selalu di cinta
gerak gaya mu ringan,mengikat hati mudah terlelap
mata bersinar menyilaukan mata mu
halus wanita
bak sutra dewata
senyuman lunturkan mahkota

Jumat, 08 November 2013

Peranan SD sebagai Sistem Sosial



Peranan Sekolah Dasar sebagai Sistem Sosial
Lingkungan sekolah terdiri dari sejumlah variabel dan faktor utama yang dapat diidentifikasi sebagai budaya sekolah, kebijakan dan politik sekolah, dan kurikulum formal dan bidang studi. Salah satu faktor tersebut menjadi reformasi sekolah, namun harus tepat pada masing-masing variabel dalam membantu menciptakan dan mendukung lingkungan sekolah multi budaya yang efektif.
Variabel dan faktor sekolah sebagai sistem sosial itu antara lain :
1.      Kebijakan dan politik sekolah
Kebijakan dan politik sekolah yang bernuansa khas dan unggul dapat dikembangkan oleh sekolah secara terencana dan berkelanjutan. Sehingga sekolah dapat menentukan arah mana anak didik akan dikembangkan potensinya.
2.      Budaya sekolah dan kurikulum yang tersembunyi (hidden curriculum)
Budaya yang berlangsung di sekolah dan kurikulum yang tersembunyi (hidden curriculum) sangat menentukan kepribadian yang dikembangkan pada lingkungan sekolah. Keunikan budaya sekolah dapat dibaca sebagai keunggulan komparatif.
Misalnya di Sekolah Dasar tertentu dibudayakan untuk setiap hari guru atau kepala sekolah menyambut kedatangan siswa di depan pagar secara bergiliran untuk bersalaman untuk mengajarkan nilai keakraban, kekeluargaan, rasa saling hormat dan kasih sayang.
3.      Gaya belajar dan sekolah
Gaya belajar siswa hendaknya diperhitungkan oleh sekolah dalam pembuatan kebijakan dan dalam menciptakan gaya (style) sekolah itu dalam menciptakan kondisi belajar yang nyaman dan akrab dengan kondisi siswa. Tentu tidak sama gaya sekolah dengan gaya sekolah pedesaan.
4.      Bahasa dan dialek sekolah
Bahasa dan dialek sekolah di sini berkaitan dengan bahasa dan dialek yang digunakan di sekolah di mana sekolah itu berada. Sekalipun menggunakan bahasa Indonesia, kita akan dengan mudah mengenali budaya anak didik dengan mengenal bahasa dan dialek yang digunakan siswanya. Sekolah Dasar di Jawa, khususnya Jawa Tengah atau sebagian Jawa Timur yang banyak menggunakan bahasa dan dialek Jawa dapat membuat program mingguan, misalnya pada hari Sabtu siswa menggunakan bahasa Jawa Krama Inggil pada waktu istirahat. Kegiatan ini untuk menumbuh sikap hormat dan kesantunan pada anak didik lewat penggunaan bahasa dan dialek yang dibudayakan di sekolah.
5.      Partisipasi dan input masyarakat
Partisipasi dan input sekolah ikut menentukan arah kebijakan dan iklim sekolah yang akan dikembangkan. Peranan Komite Sekolah sangat bervariasi di tiap-tiap sekolah dasar. Bila kesadaran masyarakat akan pendidikan tinggi dan komite sekolah dipimpin oleh orang yang memiliki wawasan pendidikan yang baik maka sekolah itu akan banyak mendapat bantuan dari masyarakat, baik dana maupun pemantauan ke arah pengembangan sekolah ke depan. Untuk itu Komite Sekolah perlu dipimpin oleh orang yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap kemajuan pendidikan putra-putrinya.
6.      Program penyuluhan/konseling
Program bimbingan dan penyuluhan/konseling akan berperan dalam membantu mengatasi kesulitan belajar pada anak, baik itu anak yang mengalami kelambatan belajar maupun anak yang memiliki bakat khusus. Petugas penyuluhan dapat memberikan masukan pada kepala sekolah mengenai anak yang lemah dalam mata pelajaran tertentu ternyata dia memiliki bakat besar yang membutuhkan penyaluran bakat yang memadai.
7.      Prosedur asesmen dan pengujian
Saat ini, kita masih belum boleh melakukan prosedur asesmen dan pengujian sendiri untuk mata pelajaran yang diujikan dalam UAN (Ujian Akhir Nasional), namun kita bisa mengembangkan pada mata pelajaran yang bukan termasuk dalam UAN. Asesmen bersifat holistik yang menggambarkan kemampuan aktual keseharian anak. Anak akan dinilai secara beda, dalam arti dikurangi skornya bila dia terlibat dalam tindakan yang kurang bermoral walaupun dalam ujian di kelas nilainya bagus. Atau sebaliknya, siswa yang menunjukkan penampilan dan sikap yang baik akan mendapat skor tambahan yang dapat membantu mengangkat nilainya saat ujian di kelas.
8.      Materi pembelajaran
Materi pelajaran pada semua bidang studi atau bidang yang paling cocok dapat memasukkan materi budaya dalam pembelajaran. Penggunaan sempoa pada mata pelajaran matematika, materi bacaan pada pelajaran Bahasa Indonesia dan Pengetahuan Sosial, permainan tradisional dalam pelajaran olah raga dan sebagainya. Perlu ada bidang studi Pendidikan Multikultural tersendiri di sekolah dasar untuk lebih mengenalkan budaya secara lebih terencana, terorganisir dan matang, bukan sekedar dititipkan pada materi yang ada pada bidang studi yang lain. Sekarang ini sudah ada sekolah dasar yang secara tegas memunculkan bidang studi Pendidikan Multikultural di sekolah dasar. Diharapkan hal ini akan diikuti oleh sekolah dasar yang lain.
9.      Gaya dan strategi mengajar
Gaya dan strategi mengajar guru akan turut menentukan pendidikan anak didiknya. Mengapa ? Guru yang sedang mengajar anak didiknya tentu memiliki sarat dengan nilai budaya. Dia memiliki ideologi dan nilai-nilai budaya yang diperoleh sepanjang hidupnya. Hal itu tentunya sangat mewarnai gaya dan strategi mengajar yang dia gunakan di sekolah.
10.  Sikap, persepsi, kepercayaan dan perilaku staf sekolah
Seluruh staf yang mendukung pembelajaran akan sangat membantu menciptakan kondisi pembelajaran yang diinginkan dan begitu juga sebaliknya. Bila staf sekolah biasa berbicara dengan tatakrama yang baik dan sopan maka anak didik juga akan dibiasakan menggunakan itu di sekolah dan  menggunakannya di rumah dan masyarakat. Sehingga staf sekolah perlu dipilih dan diangkat dari orang yang mengerti dan mendapat bekal pendidikan yang sesuai. Sikap sinis dan tidak peduli dari staf sekolah akan sangat mempengaruhi kinerja sekolah. Untuk itu perlulah memilih orang yang benar-benar cocok untuk profesi itu.

Makalah Sintaksis dan Semantik



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sintaksis
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Belanda syntaxis. Dalam bahasa Inggris digunakan istilah syntax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase (Ramlan, 2001).

B.     Frase Bahasa Indonesia
1.      Pengertian Frase
Frase menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif.
Menurut Prof. M. Ramlan, frase adalah satuan gramatik yang terdiri atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan (Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan, maka masih bisa disebut frasa.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa frase adalah kelompok kata yang mendukung suatu fungsi (subjek, predikat, pelengkap, objek dan keterangan) dan kesatuan makna dalam kalimat.

2.      Jenis-jenis Frase
Ramlan (1981) Membagi frase berdasarkan kesetaran distribusi unsur-unsurnya atas dua jenis, yakini frase endosentrik dan frase eksosentrik.
1)      Frase endosentrik
Frase endosentrik yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam kalimat. Frase endosentrik terbagi atas tiga jenis:
a)      Frase endosentrik koordinatif yakni frase yang unsur-unsurnya setara, dapat dihubungkan dengan kata dan, atau.
Contoh : rumah pekarangan         
b)      Frase endosentrik atributif, yakni frase yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga tidak dapat disisipkan dengan kata penghubung dan, atau.
Contoh : meja baru           
c)      Frase endosentrik apositif, yakni frase yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tapi tak dapat dihubungan dengan kata dan dan atau.
Contoh : Ria, anak Pak Winarko sedang memasak
2)      Frase eksosentrik adalah frase yang tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya.
Contoh : di pasar        
Frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase terdiri atas: frase nominal, frase verbal, frase ajektival, frase, pronomina, frase numeralia. (Depdikbud, 1988).
1)      Frase verbal adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa.
Contoh : Ibu saya belum pergi.
2)      Frase nominal adalah dua buah kata atau lebih yang intinya dari nominal atau benda dan satuan itu tidak membentuk klausa.
Contoh : Adik membeli tiga buah layang-layang.
3)      Frase ajektival adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih sedang intinya adalah ajektival (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa. Contoh : Kiki sangat bahagia
4)      Frase pronomina adalah dua kata atau lebih yang intinya pronomina dan hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat.  Contoh : Kami sekalian akan bekunjung ke Bali
5)      Frase numeralia adalah dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat namun satuan gramatik itu intinya pada numeralia. Contoh : Lima buah toko sedang terbakar

C.    Klausa Bahasa Indonesia
1.      Pengertian Klausa
Kridalaksana (1982:85) mengemukakan bahwa “klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya tediri dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat.”
Berdasarkan pengertian di atas, klausa adalah satuan gramatik yang unsur-unsurnya minimal terdiri atas Subjek-Predikat dan maksimal unsurnya terdiri atas Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap-Keterangan. Misalnya:
a) Saya membaca.
b)Saya sedang membaca buku.
c)Saya sedang membaca buku kemarin.
d)Saya sedang membacakan buku adikku.

2.      Jenis-jenis Klausa
Klausa dilihat dari segi kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi Predikat terdiri atas klausa: nominal, klausa verbal, klausa bilangan, dan klausa depan. ( Ramlan,1981).
1)      Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frase golongan nomina. Contoh : Ia guru bahasa Indonesia
2)      Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa kategori verbal, dan klausa vebal terbagi atas empat jenis, yakni:
a)      Klausa verbal yang ajektif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal yang termasuk kategori sifat sebagai pusatnya. Contoh : Kamarnya sangat sempit
b)      Klausa verbal intransitif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan kata kerja intransitif sebagai unsur intinya. Contoh : Pesawat Garuda belum mendarat di Bandara Ahmad Yani
c)      Klausa verbal yang aktif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal yang transitif sebagai unsur intinya. Contoh : Nenek sedang mencuci baju.
d)     Klausa verbal yang reflektif adalah klausa yang predikatnya dari kata verbal yang tergolong kata kerja reflektif. Contoh : Mereka sedang menghangatkan diri.
e)      Klausa verbal yang resiprok adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan verbal yang termasuk kata keja resiprok. Contoh : Anak-anak saling melempar batu.
3)      Klausa bilangan adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frase golongan bilangan. Contoh : Kaki meja itu dua buah
4)      Klausa depan adalah klausa yang predikatnya dari kata atau frasa depan yang diawali kata depan sebagai penanda. Contoh : Baju dinas itu untuk pegawai pemda.

D.    Kalimat
1.      Pengertian Kalimat
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988) dinyatakan bahwa kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan. Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi.
Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.

2.      Jenis-jenis Kalimat
Dari segi bentuk, kalimat dapat dikelompokkan atas dua jenis: (a) kalimat tunggal dan (b) kalimat majemuk.
a.       Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola (SP, SPO, SPOK) atau kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa. Contoh : Dia makan.
Jenis kalimat tunggal terdiri atas empat macam, yakni kalimat nominal, kalimat verbal, kalimat ajektival dan kalimat preposisional (Depdikbud, 1988). Kelima jenis kalimat tunggal tersebut adalah sebagai berikut :
1)      Kalimat nominal yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata benda. Contoh : Ayahku pegawai kantor kelurahan.
2)      Kalimat verbal yakni kalimat tunggal yang predikatnya dibentuk dari kata kerja/ verbal. Kalimat verbal terdiri atas lima macam yakni kalimat verbal intransitif, ekatransitif, dwitransitif, semitransitif, dan pasif
a)      Kalimat intransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya tidak memerlukan objek, contoh : Kakak sedang berenang di kolam renang.
b)      Kalimat ekatransitif, yakni kalimat tunggal yag predikatnya hanya memerlukan objek tanpa diikuti pelengkap. Contoh : Saya makan bakso.
c)      Kalimat dwitransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya memerlukan objek dan pelengkap, contoh : Nurbaya memasakkan nasi ibunya kemarin.
d)     Kalimat semitransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya dari semitransitif, contoh : Rumahku kemasukan pencuri.
e)      Kalimat pasif adalah kalimat tunggal yang predikatnya biasanya dari kata kerja berawalan di- , contoh : Kue itu dimakan oleh adik.
3)      Kalimat ajektival yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata sifat atau ajektival, misalnya:
- Buku bahasa Indonesiaku sangat tipis.
4)      Kalimat preposisional yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata depan atau preposisi, misalnya:
- Tempat tinggalnya di Pekalongan.
Di samping itu, Menurt (Keraf, 1982) kalimat tunggal dilihat dari segi maknanya dapat dikelompokkan atas empat macam, yakni:
1)      Kalimat berita
Kalimat berita adalah kalimat yang digunakan bila kita ingin mengutarakan suatu peristiwa atau kejadian yang kita alami dan atau yang dialami orang lain. Contoh : Adi pergi ke Bandung kemarin.

2)      Kalimat tanya.
Kalimat tanya, kalimat yang maksudnya atau berfungsi untuk menanyakan sesuatu, yang di dalamnya terdapat tiga kemungkinan ciri:
(1) mengunakan intonasi tanya, dan atau
(2) menggunakan kata tanya, dan atau
(3) menggunakan partikel -kah.
Contohnya, seperti berikut :
(a)Paman datang?
(b)Kapan Paman datang?
(c)Akankah paman datang?
Jenis kata tanya yang biasa digunakan dalam kalimat tanya dapat dikelompokkan menurut sifatnya, sebagai berikut :
f)       Untuk menanyakan benda/hal: apa, untuk apa, tentang apa. Misalnya :
(a)Apa yang kalian cari di sini?
(b)Untuk apa kamu bersekolah?
(c)Tentang apa yang masih belum jelas bagimu?
g)      Untuk menanyakan manusia: siapa, dengan siapa, untuk siapa. Misalnya :
(a)Siapa yang kaucari kemarin malam?
(b) Dengan siapa Anda pergi ke Semarang?
(c) Untuk siapa Kamu memasak nasi ini?
h)      Untuk menanyakan jumlah: berapa, berapa banyak. Misalnya :
(a) Berapa buku yang Anda perlukan bulan depan?
(b) Berapa banyak uang yang akan kaupinjam sekarang?
i)        Untuk menanyakan pilihan: mana, yang mana, Misalnya:
(a) Mana yang kausenangi, membeli tas atau sepatu?
(b) Yang mana kau pilih , belajar di UNNES atau di UNDIP?
j)        Untuk menanyakan tempat: di mana, ke mana, dari mana. Misalnya :
(a)Di mana engkau akan tinggal tahun depan?
k)      Untuk menanyakan temporal: bila, kapan, bilamana, apabila. Misalnya :
(a) Bila dia selesai studinya di UNNES?
(b)Kapan Aminudin menjadi dosen IPA di UNIKAL?
l)        Untuk menanyakan kausalitas: mengapa, apa sebab, akibat apa. Misalnya:
(a)Mengapa Anda tidak mau menjadi dokter?

Kalimat tanya terdiri atas tiga macam :
(1) Kalimat tanya biasa: kalimat yang benar-benar menanyakan sesuatu.
(2) Kalimat tanya retoris: kalimat yang menanyakan menggunakan ciri kalimat tanya tetapi tidak perlu dijawab. Kalimat ini biasa dipakai orang yang berpidato sebagai cara untuk menarik perhatian pendengar.
(3) kalimat yang senilai perintah: bentuknya bertanya tetapi maksudnya menyuruh, misalnya “Apakah jendela itu bisa dibuka sekarang?”
3)      Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang maksudnya menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Contoh : Sapulah lantai ini!
Kalimat perintah mempunyai beberapa jenis:
m)    Suruhan
Contoh : Pergi dari sini!
n)        Permintaan.
Contoh : Tolong berikan surat ini di atas meja!
o)      Memperkenankan
Contoh : Keluarlah jika tidak ada perlu!
p)      Ajakan
Contoh : Marilah kita lanjutkan konservasi!
q)      Larangan
Contoh : Jangan pergi malam-malam!
r)       Bujukan
Contoh : Tidurlah ibu menjagamu, anakku!
s)       Harapan
Contoh : Mudah-mudahan mendapat nilai yang baik!

4)      Kalimat seru
Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan kagum. Karena rasa kagum berkaitan dengan sifat, maka kalimat seru hanya dapat dibuat dari kalimat berita yang predikatnya adjektiva (Depdikbud, 1988).
Contoh : Sungguh cerdas anak itu!

b.      Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang di dalamnya terdapat lebih dari satu pola kalimat, misalnya: SP + SP, SPO + SPO; atau kalimat yang di dalamnya terdapat induk kalimat (diterangkan) dan anak kalimat (menerangkan). Contoh:
(a)    Saya minum teh dan bapak minum kopi. (majemuk setara)
(b)   Kami sedang makan ketika paman datang kemarin. (majemuk bertingkat)
(c)    Pak Bupati telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian, yang dimeriahkan oleh para artis nasional, serta dihadiri para pejabat muspida. (majemuk campuran)
Kalimat majemuk menurut Keraf (1982) terdiri atas atas tiga jenis yakni kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1)      Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara terbagi atas empat jenis: yakni kalimat majemuk setara penambahan, kalimat majemuk setara pemilihan, kalimat majemuk setara perlawanan, dan kalimat majemuk setara sebab.
t)       Kalimat majemuk setara penambahan adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata-kata penghubung: dan, lagi pula, serta. Misalnya:
(a) Amir belajar membaca dan Budi belajar menulis.
(b) Ani sangat pintar mejahit lagi pula sangat baik budi.
(c) Sarimin pergi ke pasar serta pergi ke mall pada hari ini.
u)      Kalimat majemuk setara pemilihan adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata-kata pengubung atau, baik maupun. Misalnya:
Pemerintah perlu meningkatkan mutu pendidikan, baik mutu pendidikan dasar-menengah maupun mutu pendidikan tinggi.
v)      Kalimat majemuk setara perlawanan adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata penghubung: tetapi, namun, padahal
 Contoh : Dia kelihatan sehat padahal memiliki penyakit AIDS.
w)    Kalimat majemuk setara sebab-akibat adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan kata penghubung: sebab, karena, behubung, akibat. Contoh : Saya tidak pergi karena malas.
2)      Kalimat majemuk bertingkat.
Kalimat yang terdiri atas dua pola kalimat atau lebih, satu sebagai induk kalimat (diterangkan) dan satu sebagai anak kalimat (menerangkan). Atau, kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa pola kalimat baru, selain pola pola yang sudah ada. Contoh :  Rumah kami kosong waktu pencuri masuk.
3)      Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat yang terdiri atas sebuah pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau sekurangkurangnya dua pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan (Keraf, 1981). Misalnya:
Universitas Negeri Semarang telah melaksanakan seminar nasional tentang peningkatan mutu pendidikan, yang dihadiri Menteri Pendidikan Nasional, Gubernur Jawa Tengah, pejabat tinggi lainnya, serta pencinta pendidikan di kota Semarang dan sekitarnya.



E.     Pengertian Semantik
Semantik sebagai istilah di dalam ilmu bahasa mempunyai pengertian tertentu. Menurut Aminuddin (1998), Semantik yang semula berasal dari bahasa Yunani, mengandung makna to signift atau memaknai. Sebagai istilah teknis, semantik mengandung pengertian “studi tentang makna”. Dengan anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian dari linguistik.
Kridalaksana (1993: 193-194) memberikan pengertian semantik sebagai (1) bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan juga dengan struktur makna suatu wicara; (2) sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Sementara itu, Keraf (1982) mengemukakan bahwa semantik adalah bagian dari tatabahasa yang meneliti makna dalam bahasa tertentu, mencari asal mula dan perkembangan dari arti suatu kata. Sedangkan Harimurti (1982) mengemukakan bahwanya, semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang membahas makna suatu ungkapan atau kata atau cabang ilmu bahasa yang mengkaji antara lambang dan referennya, misalnya kata kata kursi bereferen dengan “sebuah benda yang fungsinya dipakai duduk dengan kaki terdiri atas empat”.
Berdasarkan pengertian di atas, semantik pada dasarnya merupakan salah satu cabang lingustik yang mengkaji terjadinya berbagai kemungkinan makna suatu kata dan pengembangannya seiring dengan terjadinya perubahan dalam masyarakat bahasa.

F.     Pengertian Diksi
Diksi ialah pilihan kata yang tepat untuk mengungkapakan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu. (KBBI,1997:233.). Misalnya penggunaan kata mati, meninggal dunia, wafat, tewas, mangkat, pulang ke rahmatullah, mampus, tutup usia, tutup mata.
Kaitannya dengan diksi atau pilihan kata, perlu dipahami dengan baik tentang perbedaan antara :
a.       Kata baku dan nonbaku
Kata baku ialah kata yang sesuai kaidah tatabahasa dan nonbaku ialah kata yang tidak sejalan standar kaidah bahasa yang tepat, misalnya

BAKU                        TIDAK BAKU
Rapi                 rapih
Imbau              himbau
Andal               handal
b.      Kata abstrak dan konkret
Kata abstrak adalah kata yang tidak mempunyai rujukan/objek yang jelas secara inderawi, sedang kata konkret ialah kata yang rujukannya berupa objek yang dapat diserap pancaindera, atau nyata, misalnya:
Abstrak : kesehatan, keadilan, dan kecintaan, dan sebagainya.
Konkret: berdiskusi, buku, pesawat terbang, dan sebagainya
c.       Sinonim, antonim, homonim, homofon, homograf
Pengertian kelima istilah yang ada di atas menurut Keraf (1980) dan Tarigan (1986) adalah sebagai berikut:
x)      Sinonim terbagi atas sin ‘sama’ dan onim ‘nama’. Berdasar arti harfiah tersebut sinonim adalah kata yang tulisan dan lafalnya berbeda namun maknanya relatif mirip atau sama. Misalnya:
(a) cerdas,
(b) pintar,
(c) cakap,
y)      Antonim terdiri atas anti ‘lawan’ dan onim ‘nama’ . Berdasar dari arti harfiah antonim adalah kata yang tulisan dan ucapannya sama sedang maknanya berlawanan. Misalnya:
(a) besar >< kecil.
(b) tinggi >< rendah,
z)      Homograf terdiri atas homo ‘sama’ dan onim ‘nama’. Berdasar dari arti harfiah tersebut, homograf ialah kata yang sama tulisan tetapi berbeda ucapan dan maknanya. Contoh : mental (terpelanting) dengan mental (jiwa)
aa)   Homofon terdiri atas homo ‘sama’ dan fon ‘bunyi. Berdasar pada arti harfiah tersebut, homofon adalah kata yang relatif sama bunyinya tetapi tulisan dan maknanya berbeda. Contoh : bang (Andi) dengan bank (BRI).
bb)  Homonim terdiri atas homo ‘sama’ dan onim ‘nama’ . Berdasarkan arti harfiah tersebut homonim adalah kata yang tulisan dan ucapan sama tetapi maknanya berbeda. Contoh : bisa (dapat) dengan bisa (racun)

G.    Jenis-jenis Makna
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1. maksud pembicara;
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).
Sebuah kata mempunyai makna kognitif (denotatif, deskriptif), makna konotatif dan makna emotif. Kata dengan makna kognitif ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, kata kognitif ini dipakai dalam bidang teknik. Kata konotatif dalam bahasa Indonesia cenderung bermakna negatif, sedangkan kata emotif memiliki makna positif. Berikut akan dibahas mengenai jenis-jenis makna berdasarkan berbagai sumber yang telah dikemukakan oleh para ahli bahasa.
1.      Makna sempit
Makna sempit (narrowed meaning) adalah makna yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran. Makna yang asalnya lebih luas dapat menyempit, karena dibatasi (Djajasudarma, 1993). Selanjutnya, Djajasudarma (1993: 7-8) menjelaskan bahwa kata-kata bermakna luas di dalam bahasa Indonesia disebut juga makna umum (generik) digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang umum. Gagasan atau ide yang umum bila dibubuhi rincian gagasan atau ide, maka maknanya akan menyempit (memiliki makna sempit), seperti pada contoh berikut:
(a)    Pakaian dengan pakaian wanita
(b)   Saudara dengan saudara kandung
 


2.      Makna luas
Makna luas (widened meaning atau extended meaning) adalah makna yang terkandung pada sebuah kata lebih luas dari yang diperkirakan (Djajasudarma, 1993: 8). Kata-kata yang berkonsep memiliki makna luas dapat muncul dari makna yang sempit, seperti pada contoh bahasa Indonesia berikut:
(a)    Pakaian dalam dengan pakaian
(b)   Kursi roda dengan kursi

3.      Makna denotatif
Makna denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan antara konsep dengan dunia kenyataan. Makna denotatif adalah makna lugas, makna apa adanya. Jadi, makna kognitif adalah makna sebenarnya, bukan makna kiasan atau perumpamaan.

4.      Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna kata yang mengandung nilai rasa (positif atau negatif) misalnya kata pembantu, asisten dan babu. Kata pembantu bermakna denotasi tetapi asisten dan babu bermakna konotasi positif dan negatif.

5.      Makna referensial
Makna referensial (referential meaning) adalah makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia di luar bahasa (objek atau gagasan), dan yang dapat dijelaskan oleh analisi komponen; juga disebut denotasi; lawan dari konotasi (Kridalaksana, 1993: 133).
Sebuah kata atau leksem disebut bermakna referensial kalau ada referentnya, atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata. Sebaliknya, kata-kata seperti dan, atau, dan karena adalah termasuk kata-kata yang tidak bermakna referensial, karena kata-kata itu tidak mempunyai referent.


6.      Makna konstruksi
Kridalaksana (1993), makna konstruksi (construction meaning) adalah makna yang terdapat dalam konstruksi, misalnya, ‘milik’ yang dalam bahasa Indonesia diungkapkan dengan urutan kata.
Contoh-contoh yang diberikan Djajasudarma (1993) mengenai makna konstruksi ini antara lain:
1. Itu buku saya
2. Saya baca buku saya
3. Perempuan itu ibu saya
4. Rumahnya jauh dari sini
5. Di mana rumahmu?

7.      Makna leksikal dan gramatikal
Makna leksikal adalah makna kata secara lepas tanpa ikatan dengan kata yang lainnya atau kata yang belum mengalami afiksasi, atau perulangan, misalnya makan, satu, mata, sedang makna gramatikal adalah makna baru yang timbul akibat terjadinya peristiwa gramatikal (pengimbuhan, reduplikasi, atau pemajemukan), misalnya makanan, satu-satu, matahari.

H.    Perubahan Makna
Kata tertentu biasanya mengalami perubahan makna tertentu karena adanya perkembangan kondisi masyarakat dalam situasi tertentu. Keraf (1982) mengemukakan perubahan makna terdiri atas enam jenis. Keenam jenis perubahan makna tersebut adalah sebagai berikut:
1)      Meluas ialah kata yang maknanya menjadi luas pemakaiannya.
Contoh:
Bapak dahulu hanya menunjukkan ayah kandung tetapi sekarang juga digunakan untuk semua pria yang sudah dewasa.
2)      Menyempit ialah kata yang maknanya semakin dan pengalami proses penyempitan penggunaannya.
Contoh:
Sarjana dahulu hanya digunakan untuk semua orang cedekiawan tetapi sekarang hanya untuk lulusan universitas
3)      Amelioratif berasal dari bahasa Latin melior ‘semakin baik’. Dari kata tesebut dapat dikatakan bawah ameliorative ialah makna suatu kata yang semakin positif atau baik.
Contoh:
Kata gendut dan gemuk. Gemuk mengalami peninggian makna dibanding gendut.
4)      Peyoratif berasal dari bahasa Latin peyor ‘jelek’. Maka peyoratif dapat dikatakan sebagai makna suatu kata yang mengalami penurunan nilai atau semakin jelek. Contoh : gelandangan dianggap lebih jelek dibandingkan tunawisma
5)      Sinestasia ialah perubahan makna yang terjadi akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang berbeda. Misalnya:
kata “manis” (pengecap) tetapi dapat pula dipakai pada kalimat “Perkataannya sangat manis’ (pendengaran)
Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi akibat persamaan sifat antara makna yang lama dengan makna yang baru, misalnya kursi dapat pula dipakai dengan makna “jabatan”.