Rabu, 11 Desember 2013
Senin, 11 November 2013
Lirik lagu WANITA (Cipt. Ismail Marzuki)
Seindah mawar
semurni nan hati
dikau cemerlang wanita
semerbak wangi
sejinak merpati
dikau selalu di cinta
gerak gaya mu ringan,mengikat hati mudah terlelap
mata bersinar menyilaukan mata mu
halus wanita
bak sutra dewata
senyuman lunturkan mahkota
semurni nan hati
dikau cemerlang wanita
semerbak wangi
sejinak merpati
dikau selalu di cinta
gerak gaya mu ringan,mengikat hati mudah terlelap
mata bersinar menyilaukan mata mu
halus wanita
bak sutra dewata
senyuman lunturkan mahkota
Jumat, 08 November 2013
Peranan SD sebagai Sistem Sosial
Peranan Sekolah Dasar sebagai Sistem Sosial
Lingkungan sekolah terdiri dari sejumlah variabel dan faktor utama
yang dapat diidentifikasi sebagai budaya sekolah, kebijakan dan politik
sekolah, dan kurikulum formal dan bidang studi. Salah satu faktor tersebut
menjadi reformasi sekolah, namun harus tepat pada masing-masing variabel dalam
membantu menciptakan dan mendukung lingkungan sekolah multi budaya yang
efektif.
Variabel dan faktor sekolah sebagai sistem sosial itu antara lain
:
1.
Kebijakan dan politik
sekolah
Kebijakan
dan politik sekolah yang bernuansa khas dan unggul dapat dikembangkan oleh
sekolah secara terencana dan berkelanjutan. Sehingga sekolah dapat menentukan arah
mana anak didik akan dikembangkan potensinya.
2.
Budaya sekolah dan kurikulum
yang tersembunyi (hidden curriculum)
Budaya
yang berlangsung di sekolah dan kurikulum yang tersembunyi (hidden curriculum)
sangat menentukan kepribadian yang dikembangkan pada lingkungan sekolah.
Keunikan budaya sekolah dapat dibaca sebagai keunggulan komparatif.
Misalnya
di Sekolah Dasar tertentu dibudayakan untuk setiap hari guru atau kepala
sekolah menyambut kedatangan siswa di depan pagar secara bergiliran untuk
bersalaman untuk mengajarkan nilai keakraban, kekeluargaan, rasa saling hormat
dan kasih sayang.
3.
Gaya belajar dan sekolah
Gaya
belajar siswa hendaknya diperhitungkan oleh sekolah dalam pembuatan kebijakan
dan dalam menciptakan gaya (style) sekolah itu dalam menciptakan kondisi
belajar yang nyaman dan akrab dengan kondisi siswa. Tentu tidak sama gaya
sekolah dengan gaya sekolah pedesaan.
4.
Bahasa dan dialek sekolah
Bahasa
dan dialek sekolah di sini berkaitan dengan bahasa dan dialek yang digunakan di
sekolah di mana sekolah itu berada. Sekalipun menggunakan bahasa Indonesia,
kita akan dengan mudah mengenali budaya anak didik dengan mengenal bahasa dan
dialek yang digunakan siswanya. Sekolah Dasar di Jawa, khususnya Jawa Tengah
atau sebagian Jawa Timur yang banyak menggunakan bahasa dan dialek Jawa dapat
membuat program mingguan, misalnya pada hari Sabtu siswa menggunakan bahasa
Jawa Krama Inggil pada waktu istirahat. Kegiatan ini untuk menumbuh sikap hormat
dan kesantunan pada anak didik lewat penggunaan bahasa dan dialek yang dibudayakan
di sekolah.
5.
Partisipasi dan input
masyarakat
Partisipasi
dan input sekolah ikut menentukan arah kebijakan dan iklim sekolah yang akan
dikembangkan. Peranan Komite Sekolah sangat bervariasi di tiap-tiap sekolah
dasar. Bila kesadaran masyarakat akan pendidikan tinggi dan komite sekolah
dipimpin oleh orang yang memiliki wawasan pendidikan yang baik maka sekolah itu
akan banyak mendapat bantuan dari masyarakat, baik dana maupun pemantauan ke
arah pengembangan sekolah ke depan. Untuk itu Komite Sekolah perlu dipimpin
oleh orang yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap kemajuan pendidikan
putra-putrinya.
6.
Program penyuluhan/konseling
Program
bimbingan dan penyuluhan/konseling akan berperan dalam membantu mengatasi
kesulitan belajar pada anak, baik itu anak yang mengalami kelambatan belajar
maupun anak yang memiliki bakat khusus. Petugas penyuluhan dapat memberikan masukan
pada kepala sekolah mengenai anak yang lemah dalam mata pelajaran tertentu
ternyata dia memiliki bakat besar yang membutuhkan penyaluran bakat yang
memadai.
7.
Prosedur asesmen dan
pengujian
Saat
ini, kita masih belum boleh melakukan prosedur asesmen dan pengujian sendiri
untuk mata pelajaran yang diujikan dalam UAN (Ujian Akhir Nasional), namun kita
bisa mengembangkan pada mata pelajaran yang bukan termasuk dalam UAN. Asesmen bersifat
holistik yang menggambarkan kemampuan aktual keseharian anak. Anak akan dinilai
secara beda, dalam arti dikurangi skornya bila dia terlibat dalam tindakan yang
kurang bermoral walaupun dalam ujian di kelas nilainya bagus. Atau sebaliknya,
siswa yang menunjukkan penampilan dan sikap yang baik akan mendapat skor
tambahan yang dapat membantu mengangkat nilainya saat ujian di kelas.
8.
Materi pembelajaran
Materi
pelajaran pada semua bidang studi atau bidang yang paling cocok dapat
memasukkan materi budaya dalam pembelajaran. Penggunaan sempoa pada mata pelajaran
matematika, materi bacaan pada pelajaran Bahasa Indonesia dan Pengetahuan
Sosial, permainan tradisional dalam pelajaran olah raga dan sebagainya. Perlu
ada bidang studi Pendidikan Multikultural tersendiri di sekolah dasar untuk
lebih mengenalkan budaya secara lebih terencana, terorganisir dan matang, bukan
sekedar dititipkan pada materi yang ada pada bidang studi yang lain. Sekarang
ini sudah ada sekolah dasar yang secara tegas memunculkan bidang studi Pendidikan
Multikultural di sekolah dasar. Diharapkan hal ini akan diikuti oleh sekolah
dasar yang lain.
9.
Gaya dan strategi mengajar
Gaya
dan strategi mengajar guru akan turut menentukan pendidikan anak didiknya.
Mengapa ? Guru yang sedang mengajar anak didiknya tentu memiliki sarat dengan
nilai budaya. Dia memiliki ideologi dan nilai-nilai budaya yang diperoleh
sepanjang hidupnya. Hal itu tentunya sangat mewarnai gaya dan strategi mengajar
yang dia gunakan di sekolah.
10. Sikap, persepsi, kepercayaan dan perilaku staf sekolah
Seluruh
staf yang mendukung pembelajaran akan sangat membantu menciptakan kondisi
pembelajaran yang diinginkan dan begitu juga sebaliknya. Bila staf sekolah
biasa berbicara dengan tatakrama yang baik dan sopan maka anak didik juga akan
dibiasakan menggunakan itu di sekolah dan
menggunakannya di rumah dan masyarakat. Sehingga staf sekolah perlu
dipilih dan diangkat dari orang yang mengerti dan mendapat bekal pendidikan
yang sesuai. Sikap sinis dan tidak peduli dari staf sekolah akan sangat
mempengaruhi kinerja sekolah. Untuk itu perlulah memilih orang yang benar-benar
cocok untuk profesi itu.
Makalah Sintaksis dan Semantik
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sintaksis
Istilah sintaksis berasal dari bahasa
Belanda syntaxis. Dalam bahasa Inggris
digunakan istilah syntax. Sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu
bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase
(Ramlan, 2001).
B.
Frase Bahasa
Indonesia
1.
Pengertian Frase
Frase menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah gabungan dua kata
atau lebih yang bersifat nonpredikatif.
Menurut Prof. M. Ramlan, frase adalah satuan gramatik yang terdiri
atas satu kata atau lebih dan tidak melampaui batas fungsi atau jabatan
(Ramlan, 2001:139). Artinya sebanyak apapun kata tersebut asal tidak melebihi
jabatannya sebagai Subjek, predikat, objek, pelengkap, atau pun keterangan,
maka masih bisa disebut frasa.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa frase adalah kelompok kata
yang mendukung suatu fungsi (subjek, predikat, pelengkap, objek dan keterangan)
dan kesatuan makna dalam kalimat.
2.
Jenis-jenis Frase
Ramlan (1981) Membagi frase berdasarkan kesetaran distribusi
unsur-unsurnya atas dua jenis, yakini frase endosentrik dan frase eksosentrik.
1)
Frase endosentrik
Frase endosentrik yang distribusi unsur-unsurnya setara dalam
kalimat. Frase endosentrik terbagi atas tiga jenis:
a)
Frase endosentrik koordinatif yakni frase yang
unsur-unsurnya setara, dapat dihubungkan dengan kata dan, atau.
Contoh : rumah pekarangan
b)
Frase endosentrik
atributif, yakni frase yang unsur-unsurnya tidak setara sehingga tidak
dapat disisipkan dengan kata penghubung dan,
atau.
Contoh : meja baru
c)
Frase endosentrik apositif, yakni frase
yang unsurnya bisa saling menggantikan dalam kalimat tapi tak dapat dihubungan
dengan kata dan dan atau.
Contoh : Ria, anak Pak Winarko sedang memasak
2)
Frase eksosentrik adalah frase yang
tidak mempunyai distribusi yang sama dengan semua unsurnya.
Contoh : di pasar
Frase ditinjau
dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase terdiri atas: frase nominal, frase verbal,
frase ajektival, frase,
pronomina, frase numeralia. (Depdikbud, 1988).
1) Frase verbal adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan
verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa.
Contoh : Ibu saya belum pergi.
2) Frase nominal adalah dua buah kata atau lebih yang intinya dari nominal
atau benda dan satuan itu tidak membentuk klausa.
Contoh : Adik membeli tiga buah layang-layang.
3) Frase ajektival adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih sedang
intinya adalah ajektival (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa. Contoh : Kiki sangat bahagia
4) Frase pronomina adalah dua kata atau lebih yang intinya pronomina dan hanya
menduduki satu fungsi dalam kalimat. Contoh : Kami sekalian akan bekunjung ke
Bali
5) Frase numeralia adalah dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi
dalam kalimat namun satuan gramatik itu intinya pada numeralia. Contoh
: Lima buah toko sedang terbakar
C.
Klausa Bahasa
Indonesia
1.
Pengertian Klausa
Kridalaksana
(1982:85) mengemukakan bahwa “klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya
tediri dari subjek dan predikat dan mempunyai
potensi untuk menjadi kalimat.”
Berdasarkan
pengertian di atas, klausa adalah satuan gramatik yang unsur-unsurnya minimal terdiri atas Subjek-Predikat dan
maksimal unsurnya terdiri atas
Subjek-Predikat-Objek-Pelengkap-Keterangan.
Misalnya:
a) Saya membaca.
b)Saya sedang membaca buku.
c)Saya sedang membaca buku kemarin.
d)Saya sedang membacakan buku adikku.
2. Jenis-jenis Klausa
Klausa dilihat
dari segi kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi Predikat terdiri atas klausa: nominal, klausa verbal, klausa
bilangan, dan klausa depan. (
Ramlan,1981).
1) Klausa nominal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frase golongan
nomina. Contoh : Ia guru bahasa Indonesia
2) Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya terdiri dari kata atau frasa kategori
verbal, dan klausa vebal terbagi atas empat jenis, yakni:
a) Klausa verbal yang ajektif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan
verbal yang termasuk kategori sifat sebagai pusatnya. Contoh
: Kamarnya sangat sempit
b) Klausa verbal intransitif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan kata
kerja intransitif sebagai unsur intinya. Contoh : Pesawat Garuda belum
mendarat di Bandara Ahmad Yani
c) Klausa verbal yang aktif adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan
verbal yang transitif sebagai unsur intinya. Contoh : Nenek sedang
mencuci baju.
d) Klausa verbal yang reflektif adalah klausa yang predikatnya dari kata verbal yang
tergolong kata kerja reflektif. Contoh : Mereka sedang menghangatkan
diri.
e) Klausa verbal yang resiprok adalah klausa yang predikatnya dari kata golongan
verbal yang termasuk kata keja resiprok. Contoh : Anak-anak saling
melempar batu.
3)
Klausa bilangan adalah klausa
yang predikatnya dari kata atau frase golongan bilangan. Contoh
: Kaki
meja itu dua buah
4)
Klausa depan adalah klausa
yang predikatnya dari kata atau frasa depan yang diawali kata depan sebagai
penanda. Contoh : Baju dinas itu untuk pegawai pemda.
D. Kalimat
1.
Pengertian Kalimat
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988)
dinyatakan bahwa kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang
mengungkapkan pikiran yang utuh secara kebahasaan. Dalam wujud lisan, kalimat
diiringi oleh alunan titinada, disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi
selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan
atau asimilasi bunyi.
Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan
diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
2.
Jenis-jenis Kalimat
Dari segi bentuk, kalimat dapat dikelompokkan atas dua jenis:
(a) kalimat tunggal dan (b) kalimat majemuk.
a.
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu
pola (SP, SPO, SPOK) atau kalimat yang hanya terdiri atas satu klausa. Contoh : Dia makan.
Jenis kalimat tunggal terdiri atas empat macam, yakni kalimat
nominal, kalimat verbal, kalimat ajektival dan kalimat preposisional
(Depdikbud, 1988). Kelima jenis kalimat tunggal tersebut adalah sebagai berikut
:
1) Kalimat nominal
yakni kalimat tunggal yang predikatnya dari kata benda. Contoh
: Ayahku
pegawai kantor kelurahan.
2) Kalimat verbal
yakni kalimat tunggal yang predikatnya dibentuk dari kata kerja/ verbal.
Kalimat verbal terdiri atas lima macam yakni kalimat verbal intransitif,
ekatransitif, dwitransitif, semitransitif, dan pasif
a) Kalimat intransitif adalah kalimat tunggal yang predikatnya tidak memerlukan
objek, contoh : Kakak sedang berenang di kolam renang.
b)
Kalimat ekatransitif, yakni kalimat
tunggal yag predikatnya hanya memerlukan objek tanpa diikuti pelengkap. Contoh
: Saya makan bakso.
c)
Kalimat dwitransitif adalah kalimat
tunggal yang predikatnya memerlukan objek dan pelengkap, contoh
: Nurbaya memasakkan
nasi ibunya kemarin.
d)
Kalimat semitransitif adalah kalimat
tunggal yang predikatnya dari semitransitif, contoh : Rumahku kemasukan pencuri.
e)
Kalimat pasif adalah kalimat
tunggal yang predikatnya biasanya dari kata kerja berawalan di- , contoh
: Kue itu dimakan oleh adik.
3)
Kalimat ajektival yakni kalimat
tunggal yang predikatnya dari kata sifat atau ajektival, misalnya:
- Buku bahasa Indonesiaku sangat
tipis.
4)
Kalimat preposisional yakni kalimat
tunggal yang predikatnya dari kata depan atau preposisi, misalnya:
- Tempat tinggalnya
di Pekalongan.
Di samping itu, Menurt (Keraf, 1982) kalimat tunggal dilihat
dari segi maknanya dapat dikelompokkan atas empat macam, yakni:
1) Kalimat berita
Kalimat berita adalah kalimat yang digunakan bila kita ingin mengutarakan suatu peristiwa atau
kejadian yang kita alami dan atau yang
dialami orang lain. Contoh : Adi pergi ke Bandung kemarin.
2) Kalimat tanya.
Kalimat tanya, kalimat yang maksudnya atau berfungsi untuk menanyakan sesuatu, yang di dalamnya
terdapat tiga kemungkinan ciri:
(1) mengunakan intonasi tanya, dan atau
(2) menggunakan kata tanya, dan atau
(3) menggunakan partikel -kah.
Contohnya, seperti berikut :
(a)Paman datang?
(b)Kapan Paman
datang?
(c)Akankah paman
datang?
Jenis kata tanya yang biasa digunakan dalam kalimat tanya
dapat dikelompokkan menurut
sifatnya, sebagai berikut :
f) Untuk menanyakan
benda/hal: apa, untuk apa, tentang apa. Misalnya :
(a)Apa yang kalian cari di sini?
(b)Untuk apa kamu bersekolah?
(c)Tentang apa yang masih belum jelas bagimu?
g)
Untuk menanyakan manusia: siapa, dengan siapa,
untuk siapa. Misalnya :
(a)Siapa yang kaucari kemarin malam?
(b) Dengan siapa Anda pergi ke Semarang?
(c) Untuk siapa Kamu memasak nasi
ini?
h) Untuk menanyakan
jumlah: berapa, berapa banyak. Misalnya :
(a) Berapa buku yang Anda perlukan bulan depan?
(b) Berapa banyak uang yang akan kaupinjam
sekarang?
i)
Untuk menanyakan pilihan: mana, yang mana, Misalnya:
(a) Mana yang kausenangi, membeli tas atau sepatu?
(b) Yang mana kau pilih , belajar di UNNES atau di UNDIP?
j)
Untuk menanyakan tempat: di mana, ke mana, dari mana. Misalnya
:
(a)Di mana engkau
akan tinggal tahun depan?
k)
Untuk menanyakan temporal: bila, kapan, bilamana, apabila.
Misalnya :
(a) Bila dia selesai studinya di UNNES?
(b)Kapan Aminudin menjadi dosen IPA di UNIKAL?
l)
Untuk menanyakan kausalitas: mengapa, apa sebab, akibat
apa. Misalnya:
(a)Mengapa Anda tidak mau menjadi dokter?
Kalimat tanya
terdiri atas tiga macam :
(1) Kalimat tanya
biasa: kalimat yang benar-benar menanyakan sesuatu.
(2) Kalimat tanya
retoris: kalimat yang menanyakan menggunakan ciri kalimat tanya tetapi tidak
perlu dijawab. Kalimat ini biasa dipakai orang yang berpidato sebagai cara untuk
menarik perhatian pendengar.
(3) kalimat yang
senilai perintah: bentuknya bertanya tetapi maksudnya menyuruh, misalnya “Apakah
jendela itu bisa dibuka sekarang?”
3) Kalimat Perintah
Kalimat perintah adalah kalimat yang maksudnya menyuruh orang
lain melakukan sesuatu. Contoh : Sapulah lantai ini!
Kalimat perintah
mempunyai beberapa jenis:
m) Suruhan
Contoh
: Pergi dari sini!
n)
Permintaan.
Contoh
: Tolong berikan surat
ini di atas meja!
o)
Memperkenankan
Contoh
: Keluarlah jika tidak ada perlu!
p)
Ajakan
Contoh
: Marilah kita lanjutkan
konservasi!
q)
Larangan
Contoh
: Jangan pergi
malam-malam!
r)
Bujukan
Contoh
: Tidurlah ibu menjagamu, anakku!
s)
Harapan
Contoh : Mudah-mudahan mendapat nilai yang baik!
4) Kalimat seru
Kalimat seru adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan
kagum. Karena rasa kagum
berkaitan dengan sifat, maka kalimat seru hanya dapat dibuat dari kalimat berita yang predikatnya adjektiva
(Depdikbud, 1988).
Contoh : Sungguh cerdas anak itu!
b. Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang di dalamnya terdapat
lebih dari satu pola kalimat,
misalnya: SP + SP, SPO + SPO; atau kalimat yang di dalamnya terdapat induk kalimat (diterangkan) dan anak kalimat (menerangkan). Contoh:
(a)
Saya minum teh dan bapak minum kopi. (majemuk
setara)
(b)
Kami sedang makan ketika paman datang
kemarin. (majemuk bertingkat)
(c)
Pak Bupati telah menyelenggarakan sebuah malam kesenian,
yang dimeriahkan oleh para artis nasional,
serta dihadiri para pejabat muspida. (majemuk campuran)
Kalimat majemuk
menurut Keraf (1982) terdiri atas atas tiga jenis yakni kalimat majemuk setara,
kalimat majemuk bertingkat, dan kalimat majemuk campuran.
1) Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara terbagi atas empat jenis: yakni
kalimat majemuk setara
penambahan, kalimat majemuk setara pemilihan, kalimat majemuk setara perlawanan, dan kalimat majemuk setara sebab.
t) Kalimat majemuk
setara penambahan adalah kalimat majemuk setara yang menggunakan
kata-kata penghubung: dan, lagi pula, serta. Misalnya:
(a) Amir belajar membaca dan Budi belajar menulis.
(b) Ani sangat pintar
mejahit lagi pula sangat baik budi.
(c) Sarimin pergi ke pasar
serta pergi ke mall pada hari ini.
u)
Kalimat majemuk setara pemilihan adalah kalimat majemuk
setara yang menggunakan kata-kata pengubung atau, baik maupun. Misalnya:
Pemerintah perlu meningkatkan
mutu pendidikan, baik mutu pendidikan dasar-menengah maupun mutu pendidikan
tinggi.
v)
Kalimat majemuk setara perlawanan adalah kalimat majemuk
setara yang menggunakan kata penghubung: tetapi, namun, padahal
Contoh : Dia kelihatan
sehat padahal memiliki penyakit AIDS.
w)
Kalimat majemuk setara sebab-akibat adalah kalimat majemuk
setara yang menggunakan kata penghubung: sebab, karena, behubung, akibat. Contoh
: Saya
tidak pergi karena malas.
2) Kalimat majemuk bertingkat.
Kalimat yang terdiri atas dua pola kalimat atau lebih, satu
sebagai induk kalimat (diterangkan) dan satu sebagai anak kalimat (menerangkan).
Atau, kalimat tunggal yang bagian-bagiannya diperluas sehingga perluasan itu membentuk
satu atau beberapa pola kalimat baru, selain pola pola yang sudah ada. Contoh
: Rumah kami kosong waktu
pencuri masuk.
3) Kalimat majemuk campuran
Kalimat majemuk campuran merupakan kalimat yang terdiri atas sebuah
pola atasan dan sekurang-kurangnya dua pola bawahan, atau sekurangkurangnya dua
pola atasan dan satu atau lebih pola bawahan (Keraf, 1981). Misalnya:
Universitas Negeri Semarang telah
melaksanakan seminar nasional tentang peningkatan mutu pendidikan, yang dihadiri
Menteri Pendidikan Nasional, Gubernur Jawa
Tengah, pejabat tinggi lainnya, serta pencinta pendidikan di
kota Semarang dan sekitarnya.
E.
Pengertian
Semantik
Semantik sebagai istilah di dalam ilmu bahasa mempunyai
pengertian tertentu. Menurut Aminuddin (1998), Semantik yang semula berasal
dari bahasa Yunani, mengandung makna to signift atau memaknai. Sebagai
istilah teknis, semantik mengandung pengertian “studi tentang makna”. Dengan
anggapan bahwa makna menjadi bagian dari bahasa, maka semantik merupakan bagian
dari linguistik.
Kridalaksana (1993: 193-194) memberikan pengertian semantik
sebagai (1) bagian struktur bahasa yang berhubungan dengan makna ungkapan dan
juga dengan struktur makna suatu wicara; (2) sistem dan penyelidikan makna dan
arti dalam suatu bahasa atau bahasa pada umumnya. Sementara itu, Keraf (1982)
mengemukakan bahwa semantik adalah bagian dari tatabahasa yang meneliti makna
dalam bahasa tertentu, mencari asal mula dan perkembangan dari arti suatu kata.
Sedangkan Harimurti (1982) mengemukakan bahwanya, semantik adalah bagian dari
struktur bahasa yang membahas makna suatu ungkapan atau kata atau cabang ilmu
bahasa yang mengkaji antara lambang dan referennya, misalnya kata kata kursi
bereferen dengan “sebuah benda yang fungsinya dipakai duduk dengan kaki
terdiri atas empat”.
Berdasarkan pengertian di atas, semantik pada dasarnya
merupakan salah satu cabang lingustik yang mengkaji terjadinya berbagai
kemungkinan makna suatu kata dan pengembangannya seiring dengan terjadinya
perubahan dalam masyarakat bahasa.
F.
Pengertian Diksi
Diksi ialah
pilihan kata yang tepat untuk mengungkapakan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu. (KBBI,1997:233.). Misalnya
penggunaan kata mati, meninggal dunia, wafat, tewas, mangkat, pulang ke rahmatullah,
mampus, tutup usia, tutup mata.
Kaitannya dengan
diksi atau pilihan kata, perlu dipahami dengan baik tentang perbedaan antara :
a.
Kata baku dan nonbaku
Kata baku ialah kata yang sesuai kaidah tatabahasa dan
nonbaku ialah kata yang tidak sejalan standar kaidah bahasa yang tepat,
misalnya
BAKU TIDAK
BAKU
Rapi rapih
Imbau himbau
Andal handal
b.
Kata abstrak dan konkret
Kata abstrak
adalah kata yang tidak mempunyai rujukan/objek yang jelas secara inderawi,
sedang kata konkret ialah kata yang rujukannya berupa objek yang dapat diserap
pancaindera, atau nyata, misalnya:
Abstrak : kesehatan, keadilan, dan kecintaan, dan
sebagainya.
Konkret: berdiskusi, buku, pesawat terbang, dan
sebagainya
c.
Sinonim, antonim, homonim,
homofon, homograf
Pengertian kelima
istilah yang ada di atas menurut Keraf (1980) dan Tarigan (1986) adalah sebagai
berikut:
x)
Sinonim terbagi atas sin ‘sama’ dan onim ‘nama’. Berdasar arti harfiah
tersebut sinonim adalah kata yang tulisan dan lafalnya berbeda namun maknanya
relatif mirip atau sama. Misalnya:
(a) cerdas,
(b) pintar,
(c) cakap,
y)
Antonim terdiri atas anti ‘lawan’ dan onim ‘nama’ . Berdasar dari
arti harfiah antonim adalah kata yang tulisan dan ucapannya sama sedang maknanya
berlawanan. Misalnya:
(a) besar ><
kecil.
(b) tinggi
>< rendah,
z)
Homograf terdiri atas homo ‘sama’ dan onim ‘nama’. Berdasar dari arti
harfiah tersebut, homograf ialah kata yang sama tulisan tetapi berbeda ucapan
dan maknanya. Contoh : mental (terpelanting) dengan mental (jiwa)
aa)
Homofon terdiri atas homo ‘sama’ dan fon ‘bunyi. Berdasar pada arti harfiah
tersebut, homofon adalah kata yang relatif sama bunyinya tetapi tulisan dan
maknanya berbeda. Contoh : bang (Andi) dengan bank
(BRI).
bb)
Homonim terdiri atas homo ‘sama’ dan onim ‘nama’ . Berdasarkan arti
harfiah tersebut homonim adalah kata yang tulisan dan ucapan sama tetapi
maknanya berbeda. Contoh : bisa (dapat) dengan bisa
(racun)
G.
Jenis-jenis Makna
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi
:
1. maksud pembicara;
1. maksud pembicara;
2. pengaruh penerapan bahasa dalam
pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan
antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti
Kridalaksana, 2001: 132).
Sebuah kata
mempunyai makna kognitif (denotatif, deskriptif), makna konotatif dan makna emotif. Kata dengan makna kognitif ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari, kata
kognitif ini dipakai dalam bidang teknik. Kata konotatif dalam bahasa Indonesia cenderung bermakna negatif, sedangkan
kata emotif memiliki makna positif. Berikut akan dibahas mengenai jenis-jenis makna
berdasarkan berbagai sumber yang telah
dikemukakan oleh para ahli bahasa.
1.
Makna sempit
Makna sempit (narrowed
meaning) adalah makna yang lebih sempit dari keseluruhan ujaran. Makna yang
asalnya lebih luas dapat menyempit, karena dibatasi (Djajasudarma, 1993).
Selanjutnya, Djajasudarma (1993: 7-8) menjelaskan bahwa kata-kata bermakna luas
di dalam bahasa Indonesia disebut juga makna umum (generik) digunakan untuk
mengungkapkan gagasan atau ide yang umum. Gagasan atau ide yang umum bila
dibubuhi rincian gagasan atau ide, maka maknanya akan menyempit (memiliki makna
sempit), seperti pada contoh berikut:
(a)
Pakaian dengan pakaian wanita
(b)
Saudara dengan saudara kandung
2.
Makna luas
Makna luas (widened
meaning atau extended meaning) adalah makna yang terkandung pada sebuah
kata lebih luas dari yang diperkirakan (Djajasudarma, 1993: 8). Kata-kata yang
berkonsep memiliki makna luas dapat muncul dari makna yang sempit, seperti pada
contoh bahasa Indonesia berikut:
(a)
Pakaian dalam dengan pakaian
(b)
Kursi roda dengan kursi
3.
Makna denotatif
Makna denotatif adalah makna yang menunjukkan adanya hubungan
antara konsep dengan dunia kenyataan. Makna denotatif adalah makna lugas, makna
apa adanya. Jadi, makna kognitif adalah makna
sebenarnya, bukan makna kiasan atau perumpamaan.
4.
Makna Konotatif
Makna konotatif adalah makna kata yang mengandung nilai rasa
(positif atau negatif) misalnya kata pembantu, asisten dan babu.
Kata pembantu bermakna denotasi tetapi asisten dan babu bermakna konotasi
positif dan negatif.
5.
Makna referensial
Makna referensial (referential meaning) adalah makna
unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia di luar bahasa (objek
atau gagasan), dan yang dapat dijelaskan oleh analisi komponen; juga disebut
denotasi; lawan dari konotasi (Kridalaksana, 1993: 133).
Sebuah kata atau leksem disebut bermakna referensial kalau
ada referentnya, atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar
adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya
dalam dunia nyata. Sebaliknya, kata-kata seperti dan, atau, dan karena
adalah termasuk kata-kata yang tidak bermakna referensial, karena kata-kata
itu tidak mempunyai referent.
6.
Makna konstruksi
Kridalaksana (1993), makna konstruksi (construction
meaning) adalah makna yang terdapat dalam konstruksi, misalnya, ‘milik’
yang dalam bahasa Indonesia diungkapkan dengan urutan kata.
Contoh-contoh yang diberikan Djajasudarma (1993) mengenai
makna konstruksi ini antara lain:
1. Itu buku saya
2. Saya baca buku saya
3. Perempuan itu ibu saya
4. Rumahnya jauh dari sini
5. Di mana rumahmu?
7.
Makna leksikal dan gramatikal
Makna leksikal adalah makna kata secara lepas tanpa ikatan
dengan kata yang lainnya atau kata yang belum mengalami afiksasi, atau
perulangan, misalnya makan, satu, mata, sedang makna gramatikal adalah
makna baru yang timbul akibat terjadinya peristiwa gramatikal (pengimbuhan, reduplikasi,
atau pemajemukan), misalnya makanan, satu-satu, matahari.
H.
Perubahan Makna
Kata tertentu
biasanya mengalami perubahan makna tertentu karena adanya perkembangan kondisi masyarakat dalam situasi tertentu.
Keraf (1982) mengemukakan perubahan
makna terdiri atas enam jenis. Keenam jenis
perubahan makna tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Meluas ialah kata yang maknanya menjadi luas
pemakaiannya.
Contoh:
Bapak
dahulu hanya menunjukkan ayah kandung tetapi sekarang juga digunakan
untuk semua pria yang sudah dewasa.
2) Menyempit ialah kata yang maknanya semakin dan
pengalami proses penyempitan penggunaannya.
Contoh:
Sarjana
dahulu hanya digunakan untuk semua orang cedekiawan tetapi sekarang
hanya untuk lulusan universitas
3) Amelioratif berasal dari
bahasa Latin melior ‘semakin
baik’. Dari kata tesebut dapat dikatakan bawah ameliorative ialah makna
suatu kata yang semakin positif atau baik.
Contoh:
Kata gendut dan gemuk.
Gemuk mengalami peninggian makna dibanding gendut.
4) Peyoratif berasal dari bahasa Latin peyor ‘jelek’. Maka peyoratif dapat dikatakan
sebagai makna suatu kata yang mengalami penurunan nilai atau semakin jelek. Contoh : gelandangan dianggap lebih
jelek dibandingkan tunawisma
5) Sinestasia ialah perubahan
makna yang terjadi akibat pertukaran tanggapan antara dua indera yang berbeda. Misalnya:
kata
“manis” (pengecap) tetapi dapat pula dipakai pada kalimat “Perkataannya
sangat manis’ (pendengaran)
Asosiasi ialah perubahan makna yang terjadi akibat
persamaan sifat antara makna yang lama dengan makna yang baru, misalnya kursi
dapat pula dipakai dengan makna “jabatan”.
Langganan:
Postingan (Atom)