Peranan Sekolah Dasar sebagai Sistem Sosial
Lingkungan sekolah terdiri dari sejumlah variabel dan faktor utama
yang dapat diidentifikasi sebagai budaya sekolah, kebijakan dan politik
sekolah, dan kurikulum formal dan bidang studi. Salah satu faktor tersebut
menjadi reformasi sekolah, namun harus tepat pada masing-masing variabel dalam
membantu menciptakan dan mendukung lingkungan sekolah multi budaya yang
efektif.
Variabel dan faktor sekolah sebagai sistem sosial itu antara lain
:
1.
Kebijakan dan politik
sekolah
Kebijakan
dan politik sekolah yang bernuansa khas dan unggul dapat dikembangkan oleh
sekolah secara terencana dan berkelanjutan. Sehingga sekolah dapat menentukan arah
mana anak didik akan dikembangkan potensinya.
2.
Budaya sekolah dan kurikulum
yang tersembunyi (hidden curriculum)
Budaya
yang berlangsung di sekolah dan kurikulum yang tersembunyi (hidden curriculum)
sangat menentukan kepribadian yang dikembangkan pada lingkungan sekolah.
Keunikan budaya sekolah dapat dibaca sebagai keunggulan komparatif.
Misalnya
di Sekolah Dasar tertentu dibudayakan untuk setiap hari guru atau kepala
sekolah menyambut kedatangan siswa di depan pagar secara bergiliran untuk
bersalaman untuk mengajarkan nilai keakraban, kekeluargaan, rasa saling hormat
dan kasih sayang.
3.
Gaya belajar dan sekolah
Gaya
belajar siswa hendaknya diperhitungkan oleh sekolah dalam pembuatan kebijakan
dan dalam menciptakan gaya (style) sekolah itu dalam menciptakan kondisi
belajar yang nyaman dan akrab dengan kondisi siswa. Tentu tidak sama gaya
sekolah dengan gaya sekolah pedesaan.
4.
Bahasa dan dialek sekolah
Bahasa
dan dialek sekolah di sini berkaitan dengan bahasa dan dialek yang digunakan di
sekolah di mana sekolah itu berada. Sekalipun menggunakan bahasa Indonesia,
kita akan dengan mudah mengenali budaya anak didik dengan mengenal bahasa dan
dialek yang digunakan siswanya. Sekolah Dasar di Jawa, khususnya Jawa Tengah
atau sebagian Jawa Timur yang banyak menggunakan bahasa dan dialek Jawa dapat
membuat program mingguan, misalnya pada hari Sabtu siswa menggunakan bahasa
Jawa Krama Inggil pada waktu istirahat. Kegiatan ini untuk menumbuh sikap hormat
dan kesantunan pada anak didik lewat penggunaan bahasa dan dialek yang dibudayakan
di sekolah.
5.
Partisipasi dan input
masyarakat
Partisipasi
dan input sekolah ikut menentukan arah kebijakan dan iklim sekolah yang akan
dikembangkan. Peranan Komite Sekolah sangat bervariasi di tiap-tiap sekolah
dasar. Bila kesadaran masyarakat akan pendidikan tinggi dan komite sekolah
dipimpin oleh orang yang memiliki wawasan pendidikan yang baik maka sekolah itu
akan banyak mendapat bantuan dari masyarakat, baik dana maupun pemantauan ke
arah pengembangan sekolah ke depan. Untuk itu Komite Sekolah perlu dipimpin
oleh orang yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap kemajuan pendidikan
putra-putrinya.
6.
Program penyuluhan/konseling
Program
bimbingan dan penyuluhan/konseling akan berperan dalam membantu mengatasi
kesulitan belajar pada anak, baik itu anak yang mengalami kelambatan belajar
maupun anak yang memiliki bakat khusus. Petugas penyuluhan dapat memberikan masukan
pada kepala sekolah mengenai anak yang lemah dalam mata pelajaran tertentu
ternyata dia memiliki bakat besar yang membutuhkan penyaluran bakat yang
memadai.
7.
Prosedur asesmen dan
pengujian
Saat
ini, kita masih belum boleh melakukan prosedur asesmen dan pengujian sendiri
untuk mata pelajaran yang diujikan dalam UAN (Ujian Akhir Nasional), namun kita
bisa mengembangkan pada mata pelajaran yang bukan termasuk dalam UAN. Asesmen bersifat
holistik yang menggambarkan kemampuan aktual keseharian anak. Anak akan dinilai
secara beda, dalam arti dikurangi skornya bila dia terlibat dalam tindakan yang
kurang bermoral walaupun dalam ujian di kelas nilainya bagus. Atau sebaliknya,
siswa yang menunjukkan penampilan dan sikap yang baik akan mendapat skor
tambahan yang dapat membantu mengangkat nilainya saat ujian di kelas.
8.
Materi pembelajaran
Materi
pelajaran pada semua bidang studi atau bidang yang paling cocok dapat
memasukkan materi budaya dalam pembelajaran. Penggunaan sempoa pada mata pelajaran
matematika, materi bacaan pada pelajaran Bahasa Indonesia dan Pengetahuan
Sosial, permainan tradisional dalam pelajaran olah raga dan sebagainya. Perlu
ada bidang studi Pendidikan Multikultural tersendiri di sekolah dasar untuk
lebih mengenalkan budaya secara lebih terencana, terorganisir dan matang, bukan
sekedar dititipkan pada materi yang ada pada bidang studi yang lain. Sekarang
ini sudah ada sekolah dasar yang secara tegas memunculkan bidang studi Pendidikan
Multikultural di sekolah dasar. Diharapkan hal ini akan diikuti oleh sekolah
dasar yang lain.
9.
Gaya dan strategi mengajar
Gaya
dan strategi mengajar guru akan turut menentukan pendidikan anak didiknya.
Mengapa ? Guru yang sedang mengajar anak didiknya tentu memiliki sarat dengan
nilai budaya. Dia memiliki ideologi dan nilai-nilai budaya yang diperoleh
sepanjang hidupnya. Hal itu tentunya sangat mewarnai gaya dan strategi mengajar
yang dia gunakan di sekolah.
10. Sikap, persepsi, kepercayaan dan perilaku staf sekolah
Seluruh
staf yang mendukung pembelajaran akan sangat membantu menciptakan kondisi
pembelajaran yang diinginkan dan begitu juga sebaliknya. Bila staf sekolah
biasa berbicara dengan tatakrama yang baik dan sopan maka anak didik juga akan
dibiasakan menggunakan itu di sekolah dan
menggunakannya di rumah dan masyarakat. Sehingga staf sekolah perlu
dipilih dan diangkat dari orang yang mengerti dan mendapat bekal pendidikan
yang sesuai. Sikap sinis dan tidak peduli dari staf sekolah akan sangat
mempengaruhi kinerja sekolah. Untuk itu perlulah memilih orang yang benar-benar
cocok untuk profesi itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar