Sekolah Dasar

Rabu, 24 April 2013

Artikel Pancasila



Artikel Pendidikan Pancasila


Pudarnya Nilai Pancasila dikalangan Pelajar
Menurut Ensiklopedia Pancasila adalah ideologi dasar bagi bangsa Indonesia. Nama Pancasila terdiri dari dua kata dari bahasa Sansakerta yaitu “Panca” yang berarti “Lima” dan “Sila” yang berarti “Asas”. Pancasila adalah suatu asas yang menjadi dasar dan landasan bangsa Indonesia untuk menjadi sebuah negara yang adil dan makmur. Sebagai dasar negara maka nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila harus diterapkan dalam kehidupan berbangsa dan  bernegara agar tercapai bangsa yang adil dan makmur. Setelah mereka mendapatkan apa itu arti Pancasila. Para siswa diharapkan mampu untuk menerapkannya di dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan ditanamkan nilai Pancasila sejak usia dini ialah agar masyarakat Indonesia dapat menghayati dan mengamalkan Pancasila. Asas-asas atau prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1)      Ketuhanan Yang Maha Esa
2)      Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3)      Persatuan Indonesia
4)      Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
5)      Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam setiap Sila yang terkandung di dalam Pancasila memiliki butir-butir penting di mana setiap butir menekankan atau mengharuskan rakyat Indonesia untuk melakukan pengamalan-pengamalan Pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila merupakan pandangan hidup, dasar negara, dan pemersatu bangsa Indonesia yang majemuk. Kondisi ini dapat terjadi karena perjalanan sejarah dan kompleksitas keberadaan bangsa Indonesia seperti keragaman suku, agama, bahasa daerah, pulau, adat istiadat, kebiasaan budaya, serta warna kulit jauh berbeda satu sama lain tetapi mutlak harus dipersatukan.
Pandangan hidup yang diyakini suatu masyarakat maka akan berkembang secara dinamis dan menghasilkan sebuah pandangan hidup bangsa. Pandangan hidup bangsa adalah kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya maupun manfaatnya oleh suatu bangsa sehingga darinya mampu menumbuhkan tekad untuk mewujudkannya di dalam sikap hidup sehari-hari.
Namun, seiring dengan perjalanan waktu nilai-nilai yang terdapat pada butir-butir pancasila semakin mengkhawatirkan. Saat ini banyak sekali masyarakat yang mengabaikan itu semua. Nilai, norma, bahkan moral bangsa ini sudah hampir hilang. Banyaknya pembunuhan, pemerkosaan, curanmor, tawuran pelajar, bahkan sampai pemboman sering kali muncul di Negara kita. Masyarakat, terutama sebagian kaum muda sudah mulai mengabaikan nilai-nilai luhur pancasila yang telah ada. Mereka justru lebih mementingkan emosi dan pengaruh oleh lingkungan sekitar.
Moral para pelajar yang harusnya mencerminkan seorang pelajar malah menjadi seorang jagoan. Hal ini tentu tidak lepas dari apa yang mereka tahu tentang nilai – nilai yang terkandung di dalam pancasila. Sila ke-4 yang bermakna jika terdapat suatu permasalahan antar golongan itu diselesaikan secara musyarawah bukan melibatkan kontak fisik. Para pelajar justru mengabaikannya. Apalagi hal yang diperdebatkan hanyalah hal kecil yang sangat konyol.
Ditambah lagi dengan anggapan bagi sebagian pelajar bahwa belajar pendidikan moral itu bukan hal yang bersifat penting. Padahal jika kita tahu dan menyadari itu semua kehidupan kita akan berjalan dengan baik dan teratur. Sebagai contoh jika kita menghormati serta menghargai orang lain maka kita tentunya akan mendapatkan hasil yang sama yaitu di hormati pula. Banyak para remaja yang mulai gengsi akan hal itu. Maka wajar moral yang dimiliki kebanyakan pelajar saat kini tidak mencermikan seorang pelajar.
Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.
Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.
Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari- hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.
Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.
melimpahkan kesalahan pada generasi muda saat ini, kuranglah terlalu tepat kalau tidak didasari oleh persoalan-persoalan lain yang sedang menimpah negeri ini.
Pertama, lunturnya kepercayaan generasi muda terhadap pancasila sebagai dasar Negara, tidak terlepas dari kiprah elit di negeri ini baik di lembaga Eksekutif, Legislatif, maupun Yudikatif serta elit yang berkiprah dalam bidang lainnya. Adanya praktek materialism state, aparatus Negara, yang tidak peka terhadap penderitaan rakyat. Aparatus Negara berfoya-foya dengan gaya hidup “high class“, menimbulkan rasa iri bagi masyarakat khususnya bagi generasi muda saat ini.
Kedua, adanya prilaku koruptif dikalangan elit bangsa. Setiap hari media massa menyajikan berita tentang korupsi elit yang mewabah hampir diseluruh instansi Negara mulai dari pusat hingga ke daerah. Mentalitas elit yang bobrok tersebut menjadikan generasi kita banyak yang tidak menaruh harapan dengan pancasila. Karena pancasila tidak bisa lagi dijadikan pijakan moral, penuntun jalan bagi kehidupan elit di negeri ini.
Ketiga, Negara gagal dalam menyikapi berbagai kekerasan yang terjadi beberapa tahun terakhir. Kekerasan yang ada menjadi indikasi bahwa Negara gagal menciptakan kenyamanan bagi masyarakat. Kekerasan-kekerasan menjadi pertanda bahwa nilai-nilai toleransi yang diajarkan oleh pancasila lambat laun mulai pudar.
Keempat, jebakan pragmatisme. Tidak bisa dipungkiri bahwa, dewasa ini generasi muda kita terjebak dalam gaya hidup pragmatisme. Memilih jalan pintas untuk mencapai tujuan. Anak muda terjebak dalam lingkaran kapitalisme global yang merasuki segala sendi kehidupan. Anak muda (pelajar dan mahasiswa) sekarang ini, banyak yang tidak memiliki sikap kritis, banyak memilih hidup hura-hura. George Ritzer dalam The McDonalization of Society (1993) mengatakan bahwa paradigma hidup dalam alam modern saat ini adalah rasionalitas formal. Sebuah kondisi yang menginginkan segala sesuatunya lebih cepat, efisien dan rasional. Dalam tahapan tersebut, kultur eksploitasi dari sistem kapitalisme tidak bisa dihindarkan. Kondisi semacam ini menumpulkan kritisisme. Generasi muda, menjadi budak kapitalisme yang terus menggerogoti nilai lokal. Pemuda kita lebih banyak mengkonsumsi nilai-nilai asing dibandingkan menjaga dan melestarikan budaya lokal. Pemuda kita terjebak dalam kehidupan egoistik. Peduli hanya terhadap kepentingannya sendiri, tanpa lagi mempedulikan kepentingan orang lain bahkan kepentingan bangsa dan Negara sekalipun.
Pendidikan adalah salah satu piranti untuk membentuk kepribadian. Maka dari itu pendidikan yang dilaksanakan harus sesuai diperhatikan. Pendidikan nasional harus dipersatukan atas dasar Pancasila. Menurut Notonegoro (1973), perlu disusun sistem ilmiah berdasarkan Pancasila tentang ajaran, teori, filsafat, praktek, pendidikan nasiona, yang menjadi dasar tunggal bagi penyelesaian masalah-masalah pendidikan nasional. Dengan begitu diharapkan tujuan pendidikan nasional dapat terwujud dengan mudah. Tujuan pendidikan nasional adalah menciptakan manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab.
Pancasila yang awalnya telah mengakar secara perlahan-lahan telah  tercabut, dan akan tumbang pada nantinya seiring dengan masuknya budaya barat yang mulai dijadikan gaya hidup masyarakat, khususnya kaum muda di Indonesia. Pancasila sudah dianggap suatu hal yang kuno, konservatif, kaku, tidak gaul dan statis. Pola pikir ini yang dengan sengaja dibuat oleh kelompok-kelompok barat agar dapat menyingkirkan kehadiran pancasila dalam setiap insan kaum muda di Indonesia,sehingga dengan mudah mereka menguasai dan  menancapkan bibit-bibit ideologi kapitalisme.
Kaum muda saat ini sudah mulai terasuki oleh pola hidup hedonis (kelompok mmasyarakat yang memikirkan senag-senang), diskotik, dugem, pesta pora dan bersenang-senang sudah menjadi pilihan hidup dan gaya hdup  kaum muda di Indonesia. Bahkan jika ada anak muda yang tidak dugem dikatakan “gak gaul”, kampungan, ndeso, dll. Tanpa disadari, mereka telah terjerat  masuk dalam perangkap popular culture yang membawa pada kehancuran moral dan ideologinya sendiri. Peragkap yang akan membunuh generasi muda Indonesia itu dibuat senikmat mungkinagar membuat sasaran dapat terlena dan dengan sukarela masuk dalam perangkap yang mematikan.

Kesimpulan
Setelah meninjau beberapa kasus dan beberapa kebiasaan-kebiasaan masyarakat, dapat saya simpulkan bahwa nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat kurang bisa diterapkan atau dengan kata lain nilai-nilai Pancasila sudah tidak bisa dilaksanakan dengan baik, terutama para generasi muda saat ini. Dari generasi ke generasi, nilai-niai Pancasila semakin lama semakin pudar, banyak generasi muda yang tidak mau mempelajari dan mengamalakan nilai-nilai Pancasila.
Optimalisasi peran lembaga-lembaga keagamaan. Lewat lembaga keagamaan, diharapkan mampu menciptakan generasi muda yang toleran, menghargai setiap perbedaan (kebhinekaan). Pentingnya pendidikan Pancasila di kalangan pelajar (generasi muda) merupakan hal yang perlu dilaksanakan.  Pancasila merupakan dasar Negara kita. Sudah selayaknya jika Pancasila masih sangat diperlukan oleh negara kita ini. Karena Pancasila merupakan pandangan hidup, ideologi dan ciri khas budaya negara kita. Andai saja Pancasila sudah tidak diterapkan lagi, maka sudah bisa dibayangkan kemungkinan negara kita ini akan jauh dari identitas bangsa sebelumnya.
Pembentukan karakter harus dimulai sejak dini mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah sampai perguruan tinggi. Pembentukan karakter tersebut harus bisa menjawab kebutuhan generasi muda. Termasuk menangkal watak pragmatisme yang sudah menjalar dikalangan generasi muda saat ini. Untuk itu kedepannya, pendidikan pancasila harus menjadi pendidikan wajib mulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Lewat pendidikan pancasila tersebut, diharapkan mampu membentuk karater generasi muda kita bisa menjadi generasi yang mandiri secara politik, berdikari secara ekonomi, berkepribadian secara kebudayaan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar