Sekolah Dasar

Rabu, 06 November 2013

Bahasa Ind. pembelajaran tematik



BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Pembelajaran Tematik
Dapat ditinjau dari pengertiannya, pembelajaran merupakan suatu upaya yang diberikan pendidik kepada peserta didik dalam proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar.
Sedangkan tema merupakan suatu alat atau wadah yang berfungsi untuk mengedepankan berbagai konsep kepada peserta didik secara keseluruhan. Tema diberikan untuk menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya bahasa peserta didik dan melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik.
Ada beberapa pengertian dari pembelajaran tematik yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya :
1. Menurut Prabowo (2002:2), pembelajaran terpadu (tematik) merupakan suatu proses pembelajaran dengan melibatkan atau mengaitkan mengkaitkan berbagai bidang studi. Pembelajaran terpadu juga merupakan pendekatan belajar pengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pembelajaran  terpadu, merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik.
2.  Menurut Connen dan Manion (1992), pembelajaran terpadu (tematik) menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan  secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu sebagai titik pusatnya. Jadi pembelajaran ini diawali dari suatu pokok bahasan atau tema tertentu yang dikaitkan dengan pokok–pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain, yang dilakukan secara spontan atau direncanakan, baik dalam dua bidang studi atau lebih, dan dengan beragam pengalaman belajar anak sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.
3. Menurut Aminudin (1994), pembelajaran terpadu (tematik) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan  berbagai mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata disekeliling serta dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak. Suatu cara untuk mengambangkan  pengetahuan dan ketrampilan anak secara serempak (simultan). Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata pelajaran yang berbeda dengan harapan siswa akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pengendali untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya:
1.      Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
2.      Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.
3.      Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4.      Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
5.      Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6.      Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.
7.      Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
Pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Melalui pembelajaran tematik siswa di ajak memahami konsep-konsep yang di pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah di pahaminya.
Menurut Robin Foganty (1991) model pembelajaran tematik disebut model webbed, merupakan model yang paling popular dalam pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik bertolak dari topik atau tema yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama-sama dengan siswa. Tema yang dipih tidak hanya menguasai konsep mata pelajaran tetapi konsep dari mata pelajaran yang terkait digunakan sebagai alat dan wahana untuk mempelajari dan menjelajahi topik atau tema tersebut. Dengan demikian, pembelajaran tematik dapat di pandang sebagai salah satu pendekatan pembelajaran yang bisa mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Berdasarkan hal tersebut menurut Hernawan (tth:2) pengertian pembelajaran tematik dapat dilihat sebagai:
1.      Pembelajaran yang beranjak dari tema tertentu sebagai pusat perhatian (center of interest) yang di gunakan memahami gejala-gejala dan konsep lain baik yang berasal dari mata pelajaran yang bersangkutan maupun dari mata pelajaran yang lainnya.
2.      Suatu pendekatan pembelajaran yang berhubungan berbagai mata pelajaran yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3.      Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara serempak (simultan)
4.      Merakit dan menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata pelajaran yang berbeda, dengan harapan siswa akan belajar dengan baik dan bermakna.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Kecakapan guru dalam kecakapan guru dalam mengemas atau merancang pembelajaran agar siswa memperoleh penglaman belajar yang bermakna, pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual intra maupun antar mata pelajaran kaitan unsur-unsur konseptual itu akan membentuk skema sehingga siswa memperoleh keutuhan dan kebulutan pengetahuan.
Depdiknas (tth:6) menyatakan, pembelajaran tematik mempunyai beberapa ciri khas. Beberapa ciri khas pembelajaran tematik,antara lain:
1.      Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.
2.      Kegiatan kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
3.      Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.
4.      Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa.
5.      Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya, dan
6.      Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Karakteristik Pembelajaran Tematik
Penerapan pendekatan  pembelajaran tematik di sekolah dasar bisa disebut sebagai suatu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan, terutama dalam rangka mengimbangi gejala penjejalan isi kurikulum yang sering terjadi dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah-sekolah kita. Penjelasan isi kurikulum tersebut dikhawatirkan akan mengganggu perkembangan anak, karena terlalu banyak menuntut anak untuk mengerjakan aktivitas dan tugas-tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Dengan demikian anak kehilangan sesuatu yang seharusnya bisa mereka kerjakan. Jika dalam proses pembelajaran, anak hanya merespon segalanya dari guru, maka mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran yang alamiah dan langsung (direct experiences). Pengalaman-pengalaman sensorik yang membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak siswa jadi tidak tersentuh, padahal hal tersebut merupakan karakteristik utama perkembangan anak usia sekolah dasar. Disinilah mengapa pembelajaran tematik sebagai pendekatan baru dianggap penting untuk dikembangkan di sekolah dasar.
Terdapat beberapa karakteristik yang perlu dipahami dari pembelajaran tematik ini, yaitu:
1.      Berpusat pada siswa (student centered). Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Peran guru lebih banyak sebagai  fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.
2.      Dapat memberikan pengalaman langsung pada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3.      Pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas, bahkan dalam pelaksanaan di kelas-kelas awal sekolah dasar, fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4.      Menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5.      Bersikap luwes (fleksible), sebab guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6.      Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa. Dengan demikian, siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya.
Penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar memiliki beberapa kendala dalam pelaksanaannya, diantaranya:
1.      Kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa dalam kurikulum tingkat satuan dasar masih terpisah-pisah ke dalam mata pelajaran yang ada. Hal ini akan menyulitkan guru dalam mengembangkan program pembelajaran tematik. Disamping itu, tidak semua kompetensi dasar dapat dipadukan.
2.      Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik dibutuhkan sarana dan prasarana belajar yang memadai untuk mencapai kompetensi dasar secara optimal. Jika tidak, maka proses pelaksanaan pembelajaran tematik tidak akan berjalan dengan baik, dan hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa.
3.      Belum semua guru sekolah dasar memahami konsep pembelajaran tematik ini secara utuh, bahkan ada kecenderungan yang menjadi kendala utama dalam pelaksanaannya yaitu sifat konservatif guru, dalam arti bahwa pada umumnya guru merasa senang dengan proses pembelajaran yang sudah biasa dilakukan yaitu pembelajaran yang konvensional.
2.      Landasan Pembelajaran Tematik
Landasan-Landasan Pembelajaran Tematik
1.    Landasan Filosofis
Dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafatyaitu:
a.       Progresivisme
       Proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa.
Dengan kata lain pembelajaran bersifat mekanistis (Ellis, 1993). Aliran ini juga memandang bahwa dalam proses belajar siswa dihadapkan pada persoalan-persoalan yang harus mendapatkan pemecahan atau bersifat problem solving. Dalam memecahkan masalah tersebut siswa perlu memilih dan menyusun ulang pengetahuan dan pengalaman belajar yang telah dimilikinya. Dengan demikian maka terjadi proses berpikir yang terkait dengan metakognisi yaitu proses menghubungkan pengetahuan dan pengalaman belajar dengan pengetahuan lain untuk menghasilkan sesuatu. Terdapat kesalahan dan kekeliruan dalam suatu pemecahan masalah atau sesuatu yang dihasilkan merupakan sesuatu yang wajar, karena hal itu merupakan bagian dari proses belajar.
b.      Konstruktivisme
       Aliran ini memandang pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya.
c.       Humanisme
       Aliran ini memandang bahwa melihat siswa dari segi keunikan atau kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Selain memiliki kesamaan siswa juga memiliki kekhasan. Implikasi dari hal tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
1.    Layanan pembelajaran selain bersifat klasikal juga bersifat individual.
2.    Pengakuan adanya siswa yang lambat dan siswa yang cepat.
3.    Penyikapan yang unik terhadap siswa baik yang menyangkut faktor personal maupun yang menyangkut sosial maupun menyangkut faktor lingkungan sosial.
       Selain fitrah siswa juga memiliki potensi yang sama dalam upaya memahami sesuatu. Implikasi wawasan tersebut dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
1.      Guru bukan merupakan sumber informasi satu-satunya.
2.      Siswa disikapi sebagai subyek belajar yang secara kreatif mampu menemukan pemahamannya sendiri.
3.      Dalam proses pembelajaran guru lebih banyak bertindak sebagai model, teman pendamping, pemberi motivasi, penyedia bahan pembelajaran dan aktor yang juga bertindak sebagai siswa (pembelajar).
       Dilihat dari motivasi dan minat, siswa memiliki ciri tersendiri. Implikasi dari pandangan tersebut dalam kegiatan pembelajaran  yaitu
1.    Isi pembelajaran harus memiliki manfaat bagi siswa secara aktual.
2.    Dalam kegiatan belajarnya siswa harus menyadari penguasaan dari  pembelajaran bagi kehidupannya.
3.    Isi pembelajaran perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan, pengalaman dan pengetahuan siswa.
d.      Psikologis
       Pandangan–pandangan psikologis yang melandasi pembelajaran tematik dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      Pada dasarnya masing-masing siswa membangun realitasnya sendiri. Dengan kata lain, pengalaman siswa adalah kunci dari pembelajaran yang berarti bukan pengalaman orang lain (guru) yang ditransfer melalui berbagai bentuk media.
2.      Pikiran orang pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk mencari pola dan hubungan antara gagasan-gagasan yang ada. Pembelajaran tematik memungkinkan siswa untuk menemukan pola dan hubungan tersebut dari berbagai disiplin ilmu.
3.      Pada dasarnya siswa adalah seorang individu dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya dan memiliki kesempatan untuk berkembang. Dengan demikian peran guru bukanlah satu-satunya pihak yang paling menentukan  tetapi lebih banyak bertindak sebagai “tut wuri handayani”.
4.      Keseluruhan perkembangan anak adalah terpadu dan anak melihat dirinya dan sekitarnya secar utuh (holistik).
e.    Praktis
        Pandangan–pandangan praktis yang melandasi pembelajaran tematik dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      Perkembangan ilmu pengetahuan begitu cepat dan terlalu banyak informasi yang dimuat dalam kurikulum.
2.      Hampir semua pelajaran di sekolah diberikan secar terpisah satu sama lain padahal seharusnya saling terkait
3.      Permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sekarang ini cenderung lebih bersifat lintas mata pelajaran sehingga diperlukan usaha kolaboratif antara berbagai mata pelajaran untuk memecahkannya.
4.      Kesenjangan antara teori dan praktik dapat dipersempit dengan pembelajaran yang dirancang secara terpadu sehingga siswa akan mampu berfikir teoritis dan pada saat yang sama mampu berfikir praktis.
3.      Prinsip – Prinsip Pembelajaran Tematik
Prinsip – prinsip dasar pembelajaran tematik
1.      Prinsip penggalian tema
Prinsip penggalian tema merupakan prinsip utama dalam pembelajaran tematik.Artinya tema–tema  yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. Dengan demikian dalam penggalian tema tersebut hendaknya memperhatikan beberapa persyaratan diantaranya yaitu :
a.       Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat di gunakan dapat di gunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran.
b.      Tema harus bermakna, tema yang dipilih harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar.
c.       Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologi anak.
d.      Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak.
e.       Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku.
f.       Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan ketersediaan belajar.
2.      Prinsip pengelolaan pembelajaran
Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam dalam keseluruhan proses. Artinya guru harus menempatkan dirinya sebagai fasilitator dan modikator dalam proses pembelajaran. Menurut Prabowo (2000) dalam pengelolaan pembelajaran hendaknya guru dapat berprilaku sebagai:
a.       Guru hendaknya jangan menjadi  single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar.
b.      Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok  harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok.
c.       Guru perlu mengakomodasi terhadap ide–ide yang terkadang  sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.
3.      Prinsip evaluasi
Pada dasarnya evaluasi menjadi fokus dalam kegiatan. Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi. Maka dalam pelaksanaan evaluasi pembelajaran  tematik perlu diperlukan langkah–langkah positif antara lain:
a.       Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri , disamping bentuk evaluasi lainnya.
b.      Guru mengajak siswa untuk  mengevaluasi perolehan belajar  yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar