Sekolah Dasar

Rabu, 06 November 2013

konsep koreografi seni tari dan drama



BAB II
PEMBAHASAN

1.        Konsep-konsep Koreografi
Koreografi (atau "rancangan tari", berasal dari bahasa Yunani "χορεία", "tari" dan "γραφή", "menulis") disebut juga sebagai komposisi tari merupakan seni membuat/merancang struktur ataupun alur sehingga menjadi suatu pola gerakan-gerakan. Istilah komposisi tari bisa juga berarti navigasi atau koneksi atas struktur pergerakan. Hasil atas suatu pola gerakan terstruktur itu disebut pula sebagai koreografi. Orang yang merancang koreografi disebut sebagai koreografer.

Istilah koreografi pertama dikenal dalam kamus bahasa Inggris Amerika seputar tahun 1950-an. Sebelum istilah ini muncul, penamaan yang umum digunakan di film-film menyebutkannya sebagai "Ensembel pementasan oleh", "Tarian", "Pengarah Tari", "Pementasan tarian oleh", "Musical Numbers Directed by", atau "Musical Numbers Staged and Directed by". Koreografer seringkali melakukan improvisasi untuk mencari hal-hal (gerakan maupun aksesori) yang paling sesuai dengan musik yang dimainkan.
Meskipun biasanya digunakan di bidang seni tari, koreografi juga digunakan dalam berbagai bidang lain seperti:
Dan banyak aktivitas lain yang melibatkan aksi pergerakan manusia juga memanfaatkan koreografi.
Dalam menata tari, sangat banyak istilah yang perlu diketahui. Diantaranya yang sering kita dengar adalah:
A.    Eksplorasi
Proses pencarian, termasuk berpikir, berimajinasi, merasakan dan meresponsikan segala sesuatu yang telah terkonsep sebelumnya. Di dalam koreografi, proses eksplorasi biasanya digunakan untuk menyebut kegiatan pencarian gerak.

B.       Improvisasi
Ditandai dengan adanya spontanitas. Gerakan yang dihasilkan mengalir begitu saja terjadi dengan mudah, dan setiap gerakan baru dapat menimbulkan gerakan lain yang dapat memperluas dan mengembangkan pengalaman. Gerakan yang dihasilkan dari improvisasi biasanya tidak dapat diulang kembali.
C.     Komposisi
Proses pemilihan, pengintegrasian, serta penyatuan dari gerak-gerak yang telah dihasilkan menjadi sebuah bentuk. Kesatuan yang terbentuk ini disebut tari.
D.      Punyusunan
Merupakan kegiatan untuk merangkai seluruh aspek komposisi yang telah dihasilkan dari kegiatan eksplorasi dan improvisasi. Kegiatan pada tahap ini bisa dilakukan di dalam atau di luar studio, biasanya disesuai dengan keinginan koreografer dan karakteristik kegiatannya.
E.     Koreografi Lingkungan
Hakekat seni sesungguhnya adalah memanusiakan manusia. Koreografi sebagai salah satu bidang seni, tentunya tidak bisa dilepaskan dari keberadaan manusia. Artinya adalah, proses penciptaan tari harus dikembalikan kepada fungsinya bagi manusita itu sendiri. Sebuah karya koreografi adalah sebuah produk ciptaan manusia yang digunakan untuk berinteraksi baik dalam hubungannya dengan Tuhannya, dengan alam sekitar, dan manusia lainnya. Jadi sebuah keprihatinan apabila sebuah karya koreografi hanya berfungsi sebagai tontonan semata dan mengabaikan hakekatnya seperti yang kita dapati dalam berbagai pertunjukan.
Berdasarkan uraian di atas, muncul sebuah konsep baru di dalam penciptaan seni pertunjukan. Konsep baru ini disebut dengan koreografi lingkungan. Koreografi lingkungan adalah proses penciptaan tari yang menitikberatkan pada kepedulian terhadap lingkungan, hasil akhirnya adalah sebuah karya seni yang dapat kita jadikan  berisi nilai-nilai tentang lingkungan yang dapat kita jadikan renungan dan penyadaran.
Konsep ini dikemukakan pertama kali oleh Prof. Sardono W. Kusumo, salah satu maestro tari Indonesia, yang karya-karyanya diakui oleh dunia. Dan sekarang konsep ini banyak dipelajari, dipakai dan dikembangkan oleh beberapa Perguruan Tinggi Seni di Indonesia.
Materi yang diangkat menjadi tema pada koreografi lingkungan ini bisa keindahan alam sebagai pendukung dari nilai estetis karya koreografinya, ada yang berupa keprihatinan terhadap masalah-masalah dan kerusakan yang terjadi di lingkungan, ada juga yang menitikberatkan pada nilai historis dari sebuah tempat, atau juga ada yang berangkat dari adat turun-temurun di suatu tempat.
Salah satu contoh bentuk koreografi lingkungan adalah “Hutan Plastik” karya Sardono W. Kusumo. Karya ini mengangkat isu tentang penggundulan hutan sekaligus juga isu tentang serbuan barang-barang yang terbuat dari plastic di sekitar kita. Plastic adalah barang yang tidak bias didaur ulang oleh alam. Sehingga melalui karya ini koreografer mengajak kita untuk berpikir, membayangkan hutan yang gundul yang kemudian digantikan oleh tumpukan plastik.
Karya lainnya adalah “Tatto Totem Parangtritis” oleh Bernadhetta ‘Kinting’ Sri hanjati. Koreografi ini mengangkat keindahan alam pantai Parangtritis untuk mengangkat estetika tat arias dan busana juga body painting yang disajikan. Dipentaskan tanggal 27 & 28 Juni 2004 di pantai Parangtritis. 
Selain contoh di atas, masih banyak contoh-contoh karya dengan konsep koreografi lingkungan. Singkatnya, dengan menciptakan karya-karya koreografi lingkungan, maka kita akan melakukan sesuatu yang berguna bagi diri kita sendiri, orang lain dan lingkungan kita
2.      Membangun ekspresi melalui koreografi
Kualitas koreografi sangat dipengaruhi oleh  unsur penting yaitu pertama, kualitas penata(koreografer) dan peraga(penari). Kedua, kualitas proses pembuatan. Ketiga, pengamat (penonton) yang akan mempengaruhi kualitas penghargaan atau apresiasi. Jika ketiga unsur tersebut tidak digarap dengan baik, maka dalam koreografi tersebut tidak akan muncul roh yang kuat. Kelemahan pada proses koreografi, biasanya terdapat pada kurangnya kesadaran dalam mengegola aktivitas proses kreativ, gagasan, waktu, materi, dan sebagainya.
Pengamat dan penonton merupakan elemen pertunjukan yang tidak dapat ditinggalkan. Di beberapa daerah telah terjadi kurangnya minat masyarakat yang berkehendak untuk membangun system penghargaan atau apresiasi yang baik terhadap perkembangan koreografi kita. Hal ini diantaranya disebabkan adanya perkembangan system nilai dan kepentingan dalam masyarakat. Idealisme seniman kadang juga sebagai penyebab kurang pedulinya masyarakat terhadap perkembangan koreografi. Selain itu belum lahir kritikus tari yang mampu menghantarkan  masyarakat untuk mengapresiasi karya-karya tari yang ada.
Bila ditinjau secara umum ada 3 elemen estetik yang sangat dominan dalam koreografi. Ketiga elemen ini tidak dapat hadir dalam satu-kesatuan yang terpisah antara satu dan lainnya, yaitu Tenaga , Ruang, dan Waktu. Aspek tenaga, merupakan kualitas estetis gerak tari ditentukan oleh mengalir dan terkontrolnya kekuatan; sedangkan ruang, merupakan kualitas yang dapat hadir dari seorang koreografer dalam membatasi atau mengontrol ruang dengan cara yang khas; dan waktu, yang secara spesifik merupakan perwujudan ritme dalam sebuah koreografi mempunyai peran yang sangat kuat dalam mengorganisir elemen lainnya.
Selain menyangkut ke-3 elemen estetik seperti yang disebut di atas, dalam memproses sebuah karya kita tidak dapat pula melepaskan kesadarannya terhadap pesoalan yang sangat melekat dengan karya itu sendiri, yakni: isi, teknik, dan bentuk.
·      Isi adalah segala macam motivasi atau tema yang menjadi sumber garap dari sebuah karya.
·      Teknik, merupakan cara-cara yang diperlukan untuk membangun hadirnya bentuk yang ekspresif sesuai dengan keinginan seorang koreografer
·      Bentuk, adalah organisasi dari seluruh kekuatan sebagai hasil dari struktur internal dari tari. Ciri khas dari bentuk ini biasanya berwujud kesatuan, variasi kontinuitas atau kesinambungan, dan klimaks atau puncak dalam membangun awal sampai penyelesaian.
Hal lain yang menyangkut tentang sebuah proses koreografi adalah tindak untuk melakukan proses kreatif. Di sini seorang koreografer benar-benar dituntut mampu mengorganisir seluruh aktivitas kreatif dari menyangkut persoalan teknis hingga non-teknis, dari mengelola bahan sampai membangun imajinasi, dan sebagainya.
3.      Dasar-dasar Komposisi
Untuk membangun kesadaran terhadap kegiatan penyususnan koreografi ini, ada beberapahal yang perlu diketahui, diantaranya adalah:
a.       Membangun isi sebagai landasan isi atau tema garapan.
b.      Desain Atas adalah suatu desain yang terbangun dalam ruang diatas lantai
c.        Desain Lantai adalah semua desain yang terlitas di lantai pentas atau sering pula disebut dengan pola lantai, menggambarkan letak serta garis perpindahan seluruh penari di atas panggung.
d.       Desain Dramatik adalah sebuah desain yang terbangun atas rangkaian rangkaian alur dramatik, mulai dari awal pertunjukan, perkembangan sampai menuju pada klimaks atau bahkan penyelesaian akhir.
e.       Desain Musik yakni pola ritmis yang terbangun atas hadirnya musik sebagai pengiring.
f.        Dinamika adalah sustu cabang mekanis yang dapat menghadirkan kesan hidup.
g.      Tema adalah segala sesuatu yang dapat membangun lahirnya gerak atau tarian, bisa dikata pula berkaitan dengan isi yang terkandung dalam tarian.
h.      Desain Kelompok, yaitu suatu pola penyusunan koreografi kelompok (yang ditarikan lebih dari 3 orang) dengan pertimbangan kesatuan, keseimbangan, terpecah, selang-seling, dan bergantian.
i.         Semua aspek yang dapat mendukung hadirnya keindahan dalam pertunjukan tari, missal: penari, tata lampu, setting, porperti, sampai pada kesadaran management produksinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar